Pengakuan Ayah Brigadir Esco soal Kejanggalan Kematian Anaknya di Lombok: Ada Organ Tubuh Hilang
Ayah Brigadir Esco Fasca Rely, Samsul Herawadi, yakin anaknya yang ditemukan tewas di Lombok Barat pada Minggu (24/8/2025) adalah korban pembunuhan.
Penulis:
Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Ayah Brigadir Esco Fasca Rely, Samsul Herawadi, meyakini anaknya menjadi korban pembunuhan.
Brigadir Esco Fasca Rely merupakan anggota Intel Polsek Sekotong, Lombok Barat.
Brigadir Esco sebelumnya ditemukan tewas di sebuah perbukitan wilayah Dusun Nyiur Lembang, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (24/8/2025) siang.
Jasad Brigadir Esco ditemukan dalam kondisi tubuh membengkak, wajah rusak, dan leher terjerat tali.
Penemuan tersebut, mengundang perhatian masyarakat luas. Mengingat, jasad korban adalah aparat kepolisian, sementara istrinya, Briptu Rizka Sintiyani, bertugas menjadi Bhabinkamtibmas di Lembar.
Pihak keluarga, yakni ayah Brigadir Esco menduga, anaknya dibunuh orang lantaran banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi.
Bahkan, Samsul Herawadi menyebut, ada organ tubuh yang hilang pada jasad sang anak.
"Sangat-sangat banyak (kejanggalan). Kalau ditanya hal kejanggalan sangat banyak karena ada anggota tubuh, organ tubuh yang hilang," jelas Samsul kepada Tribun Lombok, Rabu (27/8/2025).
Samsul menambahkan, ketika dilakukan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh Polres Lombok Barat, dirinya dibacakan mengenai penyebab kematian Brigadir Esco.
Satu di antaranya luka di bagian tubuh yang diakibatkan benda tumpul.
Namun, Samsul Herawadi kekeuh itu bukan luka, melainkan ada organ tubuh yang hilang.
"Saya bilang begini. Mohon maaf Pak, ini bukan luka. Ini hilang organ tubuh. Bukan luka. Namanya luka itu bekas cuma tidak hilang. Jadi di situ luka itu hilang, bukan luka," tegas Samsul warga Bonjeruk Lombok Tengah itu.
Baca juga: 3 Fakta Brigadir Esco Ditemukan Meninggal di Lombok Barat: Dikenal Tertutup dan Istrinya Polwan
Ia kembali mengatakan, anaknya tewas lantaran dibunuh bukan bunuh diri.
"Yakin pembunuhan, bukan bunuh diri. Paling fatal hukuman mati sudah. Kalau hukuman seumur hidup mungkin kami dari keluarga tidak bisa menerima," harap Samsul.
Oleh sebab itu, Samsul yang juga anggota Satpol PP Lombok Tengah ini, belum menerima kepergian Brigadir Esco begitu saja.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.