Piala Dunia 2010
Euforia Ghana Serbu Afsel
Aksi Aaron Mokoena dkk sangat terasa makin mencairkan hubungan antartiga golongan tipikal masyarakat di Afsel

SEKALI lagi sepakbola membuktikan sebagai sarana yang mampu membangkitkan gairah banyak orang, sekaligus mempersatukan semua level tanpa ada batasan lagi. Bafana Bafana misalnya, dianggap menjadi pemersatu semua golongan di Afrika Selatan (Afsel). Aksi Aaron Mokoena dkk sangat terasa makin mencairkan hubungan antartiga golongan tipikal masyarakat di Afsel, yakni kulit putih, colourd dan kulit hitam. Pertikaian antarsuku yang berpengaruh di pemerintahan juga sangat terasa mengendur.
Kini, saat timnas Afsel terkapar di fase awal grup, semua mata tertuju pada Ghana. Tim yang tampil sangat mengejutkan ini menjadi pemicu lain, yang cukup menggemparkan. Bagaimana tidak, saya sangat merasakan aroma betapa prestasi yang telah diraih kevin Prince Boateng dkk memberi gairah tidak hanya di Afsel dan masyarakat Ghana, melainkan seluruh Afrika!.
Penampilan Ghana memang memberi asa luar biasa bagi prestasi Afrika, bukan saja kesuksesan Afsel sebagai tuan rumah. Saya pun menjadi seseorang di antara jutaan orang yang ada di Afsel saat ini, merasakan kalau magnet Ghana benar-benar mampu mengguncang bumi negara yang memiliki sembilan provinsi ini.
Saya bisa merasakan dan melihat euforia itu terjadi di mana-mana. Konsentrasi massa terjadi hampir di semua pojok kota Johannesburg dan Pretoria. Di kawasan paling berbahaya di Joburg, Hillbronx misalnya, semua warna yang merepresentasikan benua Afrika terlihat jelas. Seseorang yang mengantar saya ke tempat yang saban hari selalu ada orang yang tewas ini mengungkapkan, kalau seluruh barisan orang Afrika merapat ke kawasan ini, khususnya bagi mereka yang tak memiliki cukup modal untuk membeli tiket pertandingan Ghana versus Uruguay akhir pekan nanti.
Sementara yang memiliki banyak uang, lebih memilih berkumpul di beberapa lokasi strategis di kawasan Joburg dan Pretoria. Saya bisa melihat mereka bergerombol tak hanya satu negara saja, melainkan dari pelbagai kawasan. Saya bisa menentukan itu, karena logat dan tutur bahasa yang ada sangat berbeda. Bahkan, di antara mereka harus menggunakan bahasa isyarat dan Inggris hanya untuk terlibat dalam pembicaraan! .
Pesan utama dari para suporter tersebut yang bisa saya rasakan adalah, Kevin Prince Boateng, Asamoah Gyan dkk bukan lagi berseragam Ghana, melainkan warna warni Afrika dari Mesir, Aljazair sampai negara miskin seperti Namibia sekalipun.
Mereka semua bersatu dalam satu wadah, demi kebanggaan Afrika, benua yang mendapat kehormatan menjadi tuan rumah ajang prestisius tersebut. Saya pun jadi teringat tatkala Bambang Pamungkas dkk bermain ciamik kala menjadi tuan rumah bersama gelaran Piala Asia 2004. Saat itu, semua barisan yang tadinya berwarna warni, menjadi satu wadah Merah Putih di dalam stadion, yang menyebat ke pelbagai kota.
Kini, saya bisa merasakan, melihat dan terlibat langsung dalam event yang lebih besar, Piala Dunia!. Pikiran saya pun melayang, kapan ya Indonesia bisa benar-benar mengukir namanya menjadi satu di antara 32 peserta ajang empat tahunan tersebut. Ah…daripada menghayal, lebih baik bergabung bersama seluruh Afrika. Jika boleh meminjam tagline Piala Dunia, saya pun bisa menulis, Feel it, Ghana is Here.