Kamis, 11 September 2025

Piala Dunia 2022

3 Bintang Asia yang Berpotensi Melejit di Piala Dunia 2022

Panggung Piala Dunia 2022 tak hanya menjadi milik bintang Eropa dan Amerika saja, namun juga dari Asia!

Penulis: deivor ismanto
Editor: Deivor Ismanto
Isabel Infantes / AFP
Panggung Piala Dunia 2022 tak hanya menjadi milik bintang Eropa dan Amerika saja, namun juga dari Asia! - Striker Tottenham Hotspur Korea Selatan Son Heung-Min merayakan setelah ia mencetak gol keenam timnya selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Tottenham Hotspur dan Leicester City di Stadion Tottenham Hotspur di London, pada 17 September 2022. Tottenham memenangkan pertandingan 6-2 . 

TRIBUNNEWS.COM - Panggung Piala Dunia 2022 tak hanya menjadi milik bintang Eropa dan Amerika saja, namun juga dari Asia!

Menariknya, nama-nama pemain dari Asia yang melejit di liga elite Eropa semuanya datang dari Liga Inggris.

Adalah Son Heung-min, Hwang Hee-chan, dan Takehiro Tomiyasu.

Baca juga: Jadwal Babak Penyisihan Grup Timnas Uruguay di Piala Dunia 2022 Qatar: Harus Siap Hadapi Portugal

Striker Tottenham Hotspur Korea Selatan Son Heung-Min (kanan) memberi isyarat setelah ia mencetak gol selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Tottenham Hotspur dan Leicester City di Stadion Tottenham Hotspur di London, pada 17 September 2022. Tottenham memenangkan pertandingan 6- 2.
Striker Tottenham Hotspur Korea Selatan Son Heung-Min (kanan) memberi isyarat setelah ia mencetak gol selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Tottenham Hotspur dan Leicester City di Stadion Tottenham Hotspur di London, pada 17 September 2022. Tottenham memenangkan pertandingan 6- 2. (ISABEL INFANTES / AFP)

Nama yang disebutkan pertama sukses menjadi top skor Liga Inggris musim 2021/2022 lewat torehan 23 golnya.

Son juga berhasil membawa Tottenham Hotspur tampil di Liga Champions musim depan.

Sedangkan Hwang Hee-chan dan Takehiro Tomiyasu adalah anyaran Liga Inggris yang mampu memberi kontribusi ciamik untuk tim barunya.

Hwang Hee-chan untuk Wolves dan Tomiyasu untuk Arsenal.

Siapa sebenarnya mereka? dan bagaimana penampilan mereka untuk klub Liga Inggris? berikut ulasannya.

Hwang Hee-chan (Korea Selatan)

Selebrasi striker Wolves, Hwang Hee-Chan setelah membobol gawang Arsenal dalam pertandingan tunda pekan 20 Liga Inggris di Emirates Stadium, Jumat (25/2/2022) dini hari.
Selebrasi striker Wolves, Hwang Hee-Chan setelah membobol gawang Arsenal dalam pertandingan tunda pekan 20 Liga Inggris di Emirates Stadium, Jumat (25/2/2022) dini hari. (Instagram @Premierleague)

Pernah dipecundangi Evan Dimas cs di GBK, Hwang Hee-chan justru buktikan kualitasnyanya di Eropa dan Liga Inggris.

Pemain asal Korea Selatan tersebut, suskes mencetak lima gol dan tiga asisst di musim pertamanya bermain untuk Wolves.

Berkat penamipilan gemilangnya, Hwang mendapatkan banyak pujian dari pelatih dan rekannya di Wolves, salah satunya Conor Coady.

"Ia (Hwang) akan menakjubkan untuk klub ini, dan hal terpenting juga dia orang yang fantastis untuk dibawa ke klub."

"jadi kami senang untuk menerimanya disini," ucap kapten Wolves, Conor Coady dikutip dari laman resmi Wolves.

Pemain berusia 25 tahun tersebut, pernah merasakan bermain di GBK pada 12 Oktober 2013 bersama Timnas Korea Selatan U-19.

Saat itu, Indonesia bertemu dengan Korea Selatan dalam Grup G Kualifikasi Piala Asia U-19.

Pada laga yang diguyur hujan deras, Indonesia berhasil pecundangi Korea Selatan dengan skor 3-2.

Evan Dimas sukses cetak hattrick, Hwang tidak berhasil mencetak satu gol pun.

Bahkan, ia menjadi bulan-bulanan Maldini Pali dari sisi kiri pertahanan Korea Selatan.

Bermain sebagai winger, Hwang justru dipaksa bertahan dan beberapa kali berhasil dilewati Maldini dengan skill individunya.

Delapan tahun berlalu, Hwang justru sukses dan berhasil menginjakkan kaki di Eropa.

Takehiro Tomiyasu (Jepang)

Bek Arsenal asal Jepang Takehiro Tomiyasu melakukan pemanasan jelang pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Arsenal dan Tottenham Hotspur di Stadion Emirates di London pada 26 September 2021.
Ian KINTGON / IKIMAGES / AFP
Bek Arsenal asal Jepang Takehiro Tomiyasu melakukan pemanasan jelang pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Arsenal dan Tottenham Hotspur di Stadion Emirates di London pada 26 September 2021. Ian KINTGON / IKIMAGES / AFP (Ian KINTGON / IKIMAGES / AFP)

Di awal kedatangannya, Tomiyasu berhasil membawa Arsenal menang dua kali dengan catatan clean sheet, saat The Gunners bertemu Norwich dan Burnley dalam lanjutan Liga Inggris 2021/2022.

Kemudian, hingga 14 laga yang sudah dijalani benteng dari Jepang itu, Arsenal menjadi tim dengan jumlah clean sheet terbanyak di Liga inggris (8), unggul dari tim sekaliber Chelsea yang baru mencatatkan 7 clean sheet saja.

Dampak Instan yang diberikan Tomiyasu membuat Arsenal berhasil keluar dari jurang degradasi, dan naik ke posisi zona Liga Champions untuk bersaing dengan tim elite lainnya.

Tomiyasu sukses didatangkan Arsenal dari Bologna dengan mahar 18 juta euro atau sekira Rp302,9 miliar.

Pemain berusia 22 tahun tersebut sengaja didatangkan untuk menggantikan peran Hector Bellerin yang dipinjamkan The Gunners ke tim Liga Spanyol, Real Betis.

Tomiyasu yang berperan sebagai bek kanan mampu tampil imresif menjaga pertahanan Arsenal di dua laga.

Catatannya juga mencolok, dilansir FBref, Tomiyasu memenangkan duel udara sebanyak 92 persen .

Mempunya postur 188 cm membuat Tomiyasu efektif memotong bola udara lawan.

Sekaligus membayar pekerjaan rumah Arteta yang sering kebobolan melalui bola corner dan set piece, setidaknya untuk 14 laga awal sejak kedatangan Tomiyasu.

Sejak berseragam Bologna, Tomiyasu memang dikenal sebagai pemain yang kuat dalam bertahan.

Pemain asal Jepang tersebut dapat dimainkan dalam tiga posisi dengan sama baiknya, yaitu bek tengah, bek kiri, dan bek kanan.

Hal itu dapat menambah opsi untuk Arteta dalam tambal sulam lini pertahanan The Gunners.

Di 14 laga yang dijalani Tomiyasu bersama Arsenal, dirinya mejadi pemain paling banyak memenangkan duel dengan persentase 86 persen .

Itu menjadi salah satu faktor mengapa Arsenal sulit kebobolan saat Tomiyasu bermain.

Kelebihan lain lain dari Tomiyasu adalah kualitas kaki kiri dan kanan yang sama baiknya.

Musim lalu, saat masih berseragam Bologna, ia mencatatkan 909 operan dengan kaki kanan dan 467 dengan kaki kiri.

Hal itulah yang membuat Tomiyasu dapat bermain di posisi bek kiri dan kanan dengan efektif.

Saat bermain, Tomiyasu tak berperan selayaknya bek sayap yang rajin naik ke depan.

Umpan-umpan silang dari sayap yang ia lakukan juga terhitung sedikit.

Sebaliknya, Tomiyasu bakal lebih berhati-hati ketika melakukan overlap.

Ia lebih memilih menunggu momen dan celah yang tepat saat ingin membantu penyerangan.

Tomiyasu sangat pandai dalam memaksimalkan kelebihan dan menutup kekurangannya.

Dengan gaya bermainnya yang seperti itu, Arteta memang memaksimalkan Tomiyasu untuk menjaga pertahanan The Gunners yang memang terkenal rapuh selama beberapa musim.

Dalam taktiknya, Arteta bermain dengan skema 4–2–3–1, yang bertugas untuk aktif melakukan overlap adalah bek kiri yang diisi oleh Kieran Tierney.

Tomiyasu sebagai bek kanan dimaksimalkan Arteta untuk menjaga pertahanan, ia berperan sebagai pemutus serangan balik lawan dari sisi kanan.

Tomiyasu hanya melakukan overlap ketika winger kanan Arsenal berada di area kotak penalti, selebihnya, ia lebih sering berdiri sejajar bersama dua bek tengah The Gunners, Gabriel dan Ben White.

Arteta pun sumringah dengan performa yang ditunjukkan Tomiyasu bersama The Gunners.

"Ketika saya pertama kali bertemu dengannya, saya bisa merasakan bahwa dia membawa kebahagiaan dan juga energi yang bagus untuk tim ini," Puji Arteta dikutip dari laman resmi Arsenal.

"Ketika ia pertama kali masuk ke lapangan, ia langsung fokus penuh. Ia bermain dengan penuh determinasi dan ia menunjukkan bahwa ia memahami tugasnya dengan baik," Lanjutnya.

Kualitas Tomiyasu memang tidak diragukan, sebelum datang ke Arsenal, Tomiyasu juga menjadi incaran tim-tim besar lainnya.

Tottenham Hotspurs, AC Milan dan Juventus dikabarkan tertarik untuk memboyong Tomiyasu dari Bologna.

Bologna sendiri merekrut Tomiyasu pada transfer musim panas 2019/2020 dengan 10 juta euro atau sekitar Rp 167 miliar.

Saat itu Tomiyasu masih berusia 19 tahun dan masih berposisi sebagai bek tengah, saat kedatangannya ke Bologna barulah ia menemukan pakem bermainnya yaitu di bek kanan.

Tomiyasu juga masuk jajaran pemain termuda yang berhasil debut di Timnas Jepang.

Debutnya datang pada tahun 2018 saat Jepang berhasil meraih kemenangan 3–0 atas Panama dalam laga persahabatan.

Son Heung-min (Korea Selatan)

Striker Tottenham Hotspur Korea Selatan Son Heung-Min berlari dengan bola selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Tottenham Hotspur di Anfield di Liverpool, barat laut Inggris pada 7 Mei 2022.
Striker Tottenham Hotspur Korea Selatan Son Heung-Min berlari dengan bola selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Liverpool dan Tottenham Hotspur di Anfield di Liverpool, barat laut Inggris pada 7 Mei 2022. (Paul ELLIS / AFP)

Son Heung-min tampil melejit di bawah asuhan Antonio Conte.

Son dan Salah sama-sama menyumbangkan 23 gol di Liga Inggris musim  2021/2022 dan keluar menjadi top skorer.

Ya, datangnya Antonio Conte ke Tottenham Hotspur memunculkan harapan bagi Te Lilywhites untuk kembali bersinar di Liga Inggris.

Semenjak ia datang pada paruh musim, Tottenham yang tercecer di posisi 8 klasemen Liga inggris mampu dibawanya melesat hingga bertengger di posisi empat.

Ya, berkat nama besar dan kecerdasan Conte, Tottenham berhasil mengunci zona Liga Champions.

Conte memang dikenal sebagai pelatih hebat, dia memulai karier kepelatihannya di klub besar Eropa sejak tahun 2011.

Total tujuh musim ia menukangi Juventus, Chelsea, dan Inter Milan.

Dari tiga tim elit tersebut, Conte sukses meraih lima gelar liga, satu piala FA, dan satu kali lolos ke partai Liga Europa.

Catatan hebatnya, dilansir Squawka, selama karier kepelatihannya, Conte selalu berhasil mencatatkan persentase kemenangan di atas 60 persen .

Catatan tersebut semakin membuktikan bahwa ia adalah pelatih yang memiliki mental pemenang.

Salah satu hal yang paling mencolok dari sistem yang Conte usung untuk Spurs adalah adaptasinya untuk sang winger, Son Heung-min.

Di tangan Antonio Conte, Son Heung-min begitu diandalkan eks juru taktik Inter Milan itu untuk mengangkat performa tim.

Dari 22 pertandingan yang sudah ia jalani, Conte memakai pakem 3-4-3 dengan memakai trio Son Heung-min, Harry Kane, dan rRicharlison/Kulusevski.

Pakem tersebut sedikit berbeda dengan apa yang ia pakai saat masih menukangi Inter Milan.

Bersama Nerazzurri, hampir di setiap pertandingan Conte selalu memakai dua penyerang dengan tipikal nomor sembilan.

Kedalaman skuat yang dimiliki Tottenham memang membuat Conte meninggalkan kebiasaannya di Inter Milan.

Apalagi, adanya Son Heung-min yang lebih berbahaya jika dipasang sebagai seorang winger, membuat Conte melakukan adaptasi dengan menggunakan tiga penyerang di depan.

Hasilnya pun mentereng, Son menjadi top skor bagi Tottenham musim lalu dengan torehan 24 gol dan 23 di antaranya sukses ia ciptakan di pertandingan Liga inggris.

Dari adaptasi yang dilakukan pria berusia 52 tahun itu memang memperlihatkan bahwa dirinya benar-benar ingin menjadikan Son sebagai pusat serangan dari Tottenham.

Meski bermain sebagai winger kiri, pergerakan Son sangat cair.

Ia tak selalu memulai serangan dari tepi lapangan tapi juga muncul dari tengah untuk menciptakan half space, Son pun juga lebih banyak berada di dalam kotak penalti.

Posisi wing back yang biasa diisi oleh Regulion dan Sessegnon fokus untuk melayani Son yang sering berada di kotak 16 untuk mencetak gol.

Peran sebagai goal getter utama The Lilywhites bukan lagi menjadi tanggung jawab utama sosok Harry Kane namun juga Son Heung-min.

Hal tersebut sebenarnya sangat realistis, Tottenham tak akan mampu berbicara banyak jika hanya menandalkan atribut seorang Harry Kane.

Antonio Conte yang menjadi pelatih anyar pun paham betul dengan atribut sang pemain, Son bukanlah pemain yang menjadi bayang-bayang kapten Timnas Inggris tersebut.

Melainkan Son adalah tumpuan the Lilywhites di lini depan, entah mencetak gol atau memberikan assist, atribut pemain berusia 29 tahun itu begitu dibutuhkan Conte dalam sistem yang ia usung.

(Tribunnews.com/Deivor)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan