Kamis, 21 Agustus 2025

Pilpres 2019

TKN: Menyelesaikan Persoalan Bangsa Tak Cukup dengan Emosional

Secara umum, Jokowi telah menunjukkan kualitas pemimpin yang matang, teruji dan lebih solutif.

Editor: Sanusi
Tribunnews/JEPRIMA
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo bersama Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo subianto saat mengikuti debat keempat calon presiden pada pemilu 2019 di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3/2019). Pada debat keempat kali ini mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional. (Tribunnews/Jeprima) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Debat keempat yang bertema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan, Keamanan dan Hubungan Luar Negeri, calon presiden nomo urut 01, Joko Widodo (Jokowi) kembali unggul menghadapi Capres 02, Prabowo Subianto.

Hal itu dikatakan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KH Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, kepada Tribunnews.com, Minggu (31/3/2019).

Secara umum, Jokowi telah menunjukkan kualitas pemimpin yang matang, teruji dan lebih solutif.

"Beliau sangat tenang dalam menjawab serangan-serangan Prabowo. Sementara Prabowo menujukkan pemimpin yang emosional dan meledak-ledak. Menyelesaikan persoalan bangsa tak cukup dengan emosional tanpa ketenangan berpikir dalam mencari solusi yang terbaik," tegas politikus Golkar ini.

Dia menilai, Jokowi mampu menyampaikan program-program konkret dan menguasai tema yang diperdebatkan. Sementara Prabowo sebaliknya, tidak dapat mengelaborasi visi dan misinya di bidang tersebut dengan baik.

Baca: Disebut Syahrini Bikin Terpesona, Bacaan Salat Reino Barack Saat Jadi Imam Dibocorkan MUA Ini

"Prabowo lebih banyak mengkritik tapi tak menawarkan solusi konkret," ucap Ace.

Dalam bidang ideologi, lebih lanjut, Jokowi menyampaikan langkah-langkah yang lebih maju terkait dengan penanaman ideologi Pancasila kepada generasi muda.

Jokowi tampak lebih spesifik dan solutif dalam menjawab. Selain melalui pendidikan, beliau juga mencontohkan penanaman nilai Pancasila melalui visual di media sosial, agar penanaman nilai Pancasila sejakan dengan generasi muda.

Baca: Jokowi Naik Becak ke Lokasi Kampanye di Makassar, Gibran Kendarai Vespa Launching Markobar

Sementara Prabowo kata dia, menjawab tentang pendidikan Pancasila dengan program yang sudah berjalan saat ini, yaitu pendidikan sejak dini hingga kuliah S3.

"Pendidikan Pancasila ini sudah sejak lama telah diberikan dalam dunia pendidikan," kritik anggota DPR RI ini.

Selain itu imbuh dia, Jokowi lebih memahami perkembangan zaman dan memahami dunia anak muda dengan pendekatan yang mudah dipahami serta bukan indoktrinatif.

Sebaliknya, Prabowo masih pendekatan yang lama yang justru tanpa dijelaskan metodologinya yang lebih sesuai dengan generasi muda saat ini.

Di bidang pemerintahan, Jokowi menjelaskan dengan sangat baik tentang dua hal. Pertama, kinerja pemerintahan yang melayani. Kedua, pemerintahan yang harus dapat memanfaatkan teknologi informasi terutama digital.

Jokowi dalam pemerintahannya telah memulai e-government seperti e-planning, e-budgeting, e-procurement, dan e-reporting.

Kemudian, Jokowi kembali memperkenalkan istilah milenial, yaitu Dilan atau digital melayani.

"Konsep ini jelas akan mempertegas fungsi sejati pemerintahan ialah memberikan pelayanan yang cepat, memangkas birokrasi yang berbelit-belit, bertele-tele dan rawan korupsi," jelas wakil ketua komisi VIII DPR RI ini

Sementara Prabowo kembali mengulang isu lama yang sering dilontarkannya, keboncoran anggaran, tax ratio, korupsi stadium 4, dan soal kekayaan Indonesia di luar negeri.

"Prabowo tidak menyampaikan secara jelas apa solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dia tuduhkan tersebut. Pertanyaan tentang Mall Pelayanan Publik tidak dapat dijelaskan secara meyakinkan dan terlihat tidak menguasai isu-isu tentang pelayanan pemerintahan," jelasnya.

Dalam bidang pertahanan, Jokowi menunjukan kepercayaannya kepada TNI sebagai alat pertahanan negara. Walaupun bukan berlatar belakang militer, penguasaan terhadap isu keamanan sangatlah impresif.

Penjelasannya tentang reorganisasi gelar pasukan yang ditempatkan di pulau-pulau terluar yang dilengkapi dengan perlengkapan seperti radar menunjukan bahwa Jokowi sebagai Panglima Tertinggi menguasai pertahanan.

"Ini menujukan bahwa supremasi sipil dalam negara demokrasi telah ditunjukan dengan sangat kuat pada figur Jokowi,' tegasnya.

Sementara Prabowo yang berlatar belakang militer, lanjut dia, justru menunjukan arogansinya sebagai bekas TNI dengan menunjukan ketidakpercayaannya terhadap kemampuan institusi yang membesarkannya itu.

Kritiknya soal kemampuan pertahanan kita yang lemah dan anggaran pertahanan yang dinilai rendah tidak disertai dengan solusi yang masuk akal dan dapat diterima. Prabowo tidak mampu menjelaskan alternatif program yang dapat memperkuat alat utama sistem persenjataan kita.

Dalam bidang luar negeri, menurut dia, Jokowi menyampaikan modalitas Indonesia sebagai penduduk muslim terbesar di dunia yang menunjukan Islam moderat dan nilai toleransi.

Dengan modal itu, Indonesia mampu menjadi contoh dari dunia Islam yang dapat menyelesaikan konflik berbasis agama. Peran Indonesia dalam pergaulan internasional digambarkan Jokowi seperti Afganistan dan Rohingya, menujukan bahwa Indonesia diperhitungkan dalam relasi global tersebut.

Di bidang luar negeri, jelas dia, Prabowo menunjukan ketidakpercayaannya terhadap kemampuan diplomasi Indonesia.

"Prabowo selalu merefer pada keadaan domestik kita. Padahal dengan kemampuan diplomasi kita, justru akan berimplikasi terhadap penguatan urusan domestik kita. Kemampuan diplomasi luar negeri yang kuat, justru akan mendatangkan kepercayaan internasional terutama dalam bidang ekonomi kepada Indonesia sehingga urusan dalam negeri kita akan dapat kepercayaan investasi asing, perluasan pasar ekspor di luar negeri, dan lain-lain" paparnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan