Kamis, 21 Agustus 2025

Tour Arsitek Indonesia ke Jepang Jadi Tolok Ukur dalam Berkarya

Baru-baru sejumlah arsitek Indonesia bertemu dengan 3 top arsitek Jepang di acara tour arsitek ke Kota Tokyo, baru-baru ini

Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Richard Susilo
Arsitek top dunia dari Jepang, Kengo Kuma, bersama sejumlah arsitek Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) peserta kegiatan tour arsitek ke Tokyo, Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO -   Tour para arsitek Indonesia ternyata bisa jadi tolok ukur dalam berkarya di masa depan. Baru-baru sejumlah arsitek Indonesia bertemu dengan 3 top arsitek Jepang baru-baru ini.

"Kegiatan Tour Arsitek ke Tokyo ini  sangat bermanfaat untuk menjadi tolok ukur dan sikap kita dalam berkarya," ungkap Doti Windajani Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta, kepada Tribunnews.com, Sabtu (11/11/2023).

Selama seminggu para arsitek Indonesia bertemu dengan tiga arsitek Jepang yaitu Kengo Kuma, Soe Fujimoto dan Paul Noritaka Tange.

"Banyak sekali hasil yang kami peroleh dari mereka. Ketiga arsitek tersebut merupakan bagian dari arsitek Jepang dengan kiprah global," tambahnya.

Dalam diskusi dengan mereka, beberapa hal memiliki cara pandang/sikap yang sama terkait kolaborasi, lokal wisdom, metoda bekerja dan eksplorasi kemajuan tektonika kini.

"Kami berkesempatan juga mengunjungi karya-karyanya seperti  Starbuck Reserve Meguro  karya Kengo Kuma. yang mengedepankan eksplorasi ruang dengan  material kayu lokal dan kaca lebar. Mengoptimasi view ke sungai Meguro."

Dia mengatakan, Institute Francais du Japon, Tokyo, karya Sou Fujimoto, karyanya berkorespondesi dengan  alam yang berbukit dengan  pepohonan. Centre court hijau menjadi tengaran dari ruang-ruang kelas dan fasilitas.

"Tangga-tangga sirkulasi di perimeter luar terbuka diatur sangat menarik seolah menjadi bagian perbukitan. Latar belakang pendidikan Sou Fujimoto di Eropa dapat  dirasakan di karya ini di detailnya," ungkapnya.

Baca juga: Backlog Perumahan di Australia Buka Peluang Bagi Investor Properti Masuk ke Sydney

Mereka juga mengunjungi Gakoen Coocon Tower karya Paul Noritaka Tange. Ini merupakan karya ikonik yang sangat menarik. Bangunan pendidikan tertinggi di dunia, 50 lantai dengan bentuk yang unik.

"Bangunan ini menggabungkan 3 fakultas dengan kriteria yang berbeda secara vertikal. Manajemen transportasi vertikal yang effisien dan eksplorasi facade  material," paparnya.

Baca juga: Arsitek Jepang Bangun Rumah Sakit Ukraina 80 Juta USD Biaya Konsorsium

Peserta tour Sutikno Tan juga merasa sangat puas atas kegiatan tour tersebut. "Tempat inovasi baru teknik anti gempa dengan sistim jepit sendiri luar biasa mudah-mudahan bisa diterapkan di indonesia dengan biaya tidak begitu tinggi," ungkapnya.

"Dari segi  arsiteknya dengan desain yang belum pernah kita temui. Meskipun saya pernah ke Eropa Amerika namun belum pernah kita temukan di sana. Luar biasa," sebutnya.

"Bangunan terlihat  simple tetapi dengan teknologi tinggi, termasuk sistik teknik sipilnya melibatkan sesuatu yang baru baik kekuatan maupun  juga keamaan sangat yang memang sangat dibutuhkan," bebernya.

Baca juga: Firma Arsitek asal Semarang Menangkan Penghargaan Internasional dari Inggris

Trisniwati Tugiarso, peserta lain di kegiatan tour ini mengaku baru pertama kali ikut di tour arsitek ini.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan