Mengenal Beton Ringan dengan Serat Kaca yang Kian Populer di Dunia Arsitektur Modern
Selain bentuk konvensional, GRC kini hadir lebih modern dengan teknologi cutting dan kombinasi ACP (Aluminium Composite Panel). Inovasi yang presisi..
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penggunaan Glassfiber Reinforced Concrete (GRC) atau beton ringan dengan serat kaca kian populer di dunia arsitektur modern Indonesia.
Baca juga: Sisa Pembakaran Batu Bara di PLTU Adipala Dimanfaatkan untuk Bahan Bangunan
Material berbasis semen yang diperkuat serat kaca ini dinilai mampu memadukan kekuatan, fleksibilitas desain, dan nilai estetika dalam satu produk.
Berbeda dengan beton konvensional yang berat dan kaku, GRC lebih ringan namun tetap kokoh. Ketahanannya terhadap cuaca tropis juga membuatnya cocok untuk berbagai kebutuhan, baik pada proyek berskala besar maupun hunian pribadi.
Fleksibilitas material ini memungkinkan penerapan motif-motif rumit yang sulit diwujudkan dengan beton biasa. Penggunaan GRC saat ini mencakup krawangan, lisplang, hingga kubah.
Krawangan berfungsi ganda sebagai ornamen dekoratif dan ventilasi alami dengan pilihan motif islami, kaligrafi, geometris, maupun modern minimalis; lisplang mempertegas garis fasad bangunan pada bagian tepi atap dan kubah menjadi favorit untuk masjid karena ringan, kokoh, dan tahan lama.
Sementara lisplang adalah sebuah elemen konstruksi bangunan yang umumnya berbentuk papan atau panel yang dipasang pada tepi atap, di bawah genteng, atau di area lain seperti pertemuan dinding dan plafon, atau bahkan sebagai elemen pagar. Fungsinya tidak hanya untuk memperindah tampilan bangunan, tetapi juga untuk melindungi struktur bangunan dari cuaca buruk dan memperkuat rangka atap.
“Dengan keunggulan tersebut, GRC tidak hanya mempercantik tampilan bangunan, tetapi juga menghadirkan manfaat fungsional nyata,” jelas Direktur PT Adirahma Harapan Jaya, Triyanto saat ditemui di Jakarta, Senin(18/8/2025).
Ia menambahkan, permintaan yang terus meningkat mendorong perkembangan pesat industri GRC dalam negeri. Kini, sejumlah pusat produksi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya mampu memenuhi kebutuhan proyek nasional, baik skala kecil maupun besar.
“Setiap proyek GRC pada dasarnya adalah perpaduan fungsi dan seni. Karena itu, pemilihan motif menjadi bagian penting dari proses desain,” ujarnya.
Sebagai bentuk layanan, PT Adirahma Harapan Jaya menyediakan desain krawangan gratis, termasuk pembuatan gambar 3D untuk membantu klien memvisualisasikan hasil akhir sebelum diproduksi.Hingga kini, perusahaan telah menyelesaikan lebih dari 500 proyek krawangan dan kubah GRC di berbagai daerah Indonesia.
Baca juga: Minat Masyarakat Gunakan Bahan Bangunan Ramah Lingkungan Cenderung Meningkat
Selain bentuk konvensional, GRC kini hadir lebih modern dengan teknologi cutting dan kombinasi ACP (Aluminium Composite Panel). Inovasi ini memungkinkan potongan presisi, detail simetris, serta desain futuristik yang diminati arsitek dan kontraktor untuk interior hotel, pusat belanja, hingga gedung perkantoran.
Harga krawangan GRC umumnya dihitung per meter persegi, bergantung pada motif, ketebalan, dan jumlah pesanan. Namun, menurut Triyanto, produsen berkomitmen menjaga transparansi agar produk tetap terjangkau, baik bagi pemilik rumah tinggal maupun pengembang proyek besar.
“Bagi kami, GRC bukan sekadar material konstruksi, tapi juga media untuk menciptakan identitas visual sebuah bangunan,” pungkasnya.
Sebelum adanya GRC (Glassfiber Reinforced Concrete) atau beton ringan, material yang umum digunakan untuk dinding, plafon, dan partisi antara lain adalah kayu, gypsum, dan papan semen non-GRC.
Baca juga: Ragam Bahan Bangunan dan Keramik Kekinian Dipamerkan di Megabuild dan Keramika Indonesia 2024
Ada juga kalsiboard atau papan serat semen yang terbuat dari campuran semen, serat selulosa, dan bahan tambahan lainnya. Berbeda dengan GRC, kalsiboard lebih rentan terhadap kelembaban dan perubahan cuaca, lebih cocok untuk aplikasi interior seperti plafon dan partisi dinding.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.