Kamis, 28 Agustus 2025

Ramadan 2019

Mengenal Hafshah binti Umar, Sosok Penting yang Merekam Jejak Al-Quran, Menuliskan di Pelepah Kurma

Perempuan itu, Hafshah binti Umar namanya. Ia begitu cerdas membaca, melafalkan, dan menghafalkannya di luar kepala.

TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi
Sejumlah santri Pesantren Al Hidayah bersama guru melaksanakan tadarus Alquran pada awal Ramadhan 1440 H di sela kegiatan sekolah di Desa Sei Mencirim, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (8/5/2019). Pesantren yang didirikan mantan terpidana kasus terorisme Khairul Ghazali yang didukung oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tersebut saat ini memiliki 16 orang santri anak pelaku terorisme dan masyarakat umum dan diharapkan dapat mengantisipasi berkembangnya ajaran radikalisme di lingkungan masyarakat. TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

Akan tetapi beberapa sumber mengatakan bahwa hubungan mereka sangat singkat, lalu beliau menceraikannya.

Sumber lain menggambarkan bahwa Hafshah adalah perempuan yang sangat pandai dan melek huruf.

Bahkan satu sumber mengatakan bahwa Hafsha memprotes suaminya atas relevansi ayat-ayat tertentu dalam Al-Quran.

Mengenai peran Hashah dalam kodifikasi Al-Quran, Profesor Ruqayya Khan, ketua Islamic Studies di Claremont Graduate University, California, merilis sebuah penelitian yang ia beri judul: “Did a Woman Edit the Quran? Hafsa’s Famed Codex.”

Khan mengklaim bahwa Hafshah telah mentranskrip, dan kemudian menyebarkan ayat-ayat Al-Quran.

Menurutnya, ini sangat menarik di tengah gelombang pendiskreditan perempuan.

Pada kenyataannya, Hafshahlah satu-satunya istri Nabi yang memiliki kecerdasan intelektual melebihi istri-istri yang lain.

Dia berpikir, berdebat, dan selalu mengajukan pertanyaan. Dari semua istrinya, ia mungkin satu-satunya yang dapat membaca dan menulis.

Beberapa dari mereka mungkin mengerti cara pelafalan sesuatu, tetapi mereka tidak mengetahui cara menulisnya.

Dalam hal ini, Khan mengutip sebuah riwayat Abdullah bin Wahb (w. 812 H) yang bersumber dari Urwah bin Zubair (w. 712 H), seorang ahli hukum Madinah yang terkenal dan perintis penulisan sejarah.

Di dalamnya, Hafshah dengan jelas digambarkan sebagai sosok yang fasih melafalkan, menulis, bahkan mengedit materi Al-Quran.

Pada satu kesempatan, Nabi MuḼammad menginstruksikan Hafshah menuliskan ayat-ayat Al-Quran untuknya. Demikian pula, ayahnya, Umar, menganggapnya sebagai otoritas dalam bidang Al-Quran, baik lisan dan tulisan, karena suatu ketika ia pernah mencarinya untuk memilah-milah bacaan dari ayat-ayat Al-Quran.

Abul Aswad meriwayatkan bahwa Urwah bin al-Zubair berkata, “Orang-orang berselisih pendapat tentang bacaan “Orang-orang yang tidak percaya dari kalangan Ahli Kitab… (QS Al-Bayyinah [98]: 1), Sehingga Umar bin al-Khattab mendatangi Hafshah dengan membawa sepotong kulit.

Ia berkata: Ketika Rasulullah datang kepadamu, mintalah kepadanya untuk mengajarimu tentang ayat ‘Orang-orang yang tidak percaya dari kalangan Ahli Kitab…’ Lalu katakan pada beliau untuk menuliskannya untukmu di atas kulit ini.

Kemudian beliau melakukannya dan menuliskan untuknya. Bacaan ini pun menjadi umum dan tersebar luas.

Halaman
1234
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan