Kamis, 28 Agustus 2025

Ramadan 2021

Kisah Jusuf Hamka, Masjid Babah Alun Desari dan Pahit-getir Perjuangannya di Masa Susah

Masjid Babah Alun Desari dikenal dengan arsitekturnya yang unik bernuansa oriental di pinggir Gerbang Tol Cilandak, Jakarta Selatan.

Editor: Choirul Arifin
TribunJakarta.com/Pebby Ade Liana
Masjid Babah Alun Desari, masjid unik dengan bangunan bernuansa oriental. Arsitekturnya diambil dari akulturasi 3 budaya, yakni budaya Tionghoa, Arab, dan Betawi sebagai simbol keberagaman. 

Lokasinya ada di pinggir Gerbang Tol Depok-Antasari, tepatnya tak jauh dari Gerbang Tol Cilandak Utama, Jakarta Selatan.

Bangunan tersebut dominasi dengan warna merah. Kalau dilihat sekilas, tampak seperti kuil atau klenteng.

Pada bagian tengahnya, terdapat sebuah kubah yang menjadi cirikhas dari sebuah masjid.

'Masjid Babah Alun' begitu tulisannya.

Dengan warna merah menyala, serta bentuk atap yang melengkung, masjid ini  menggambarkan budaya khas Tionghoa.

Tampilan ala oriental tersebut juga didukung dengan ornamen-ornamen lainnya seperti pintu, jendela, serta tiang-tiang pilar yang berdiri kokoh. 

Menurut Jusuf, arsitektur masjid Babah Alun sendiri memang dibuat dengan akulturasi 3 budaya sebagai simbol keberagaman.

Diantaranya budaya Tionghoa, budaya Arab dan budaya Betawi.

Untuk budaya islami, dituangkan lewat kubah yang dilengkapi kaligrafi Asmaul Husna pada bagian dalam masjid. 

Selain itu masjid ini juga dipercantik dengan sentuhan-sentuhan khas betawi pada beberapa bagiannya.

Menariknya, kaligrafi-kaligrafi Asmaul Husna di bagian kubah masjid juga dilengkapi dengan terjemahan bahasa mandarin. Hal ini bukan tanpa alasan.

Menurut Jusuf, selain untuk menggambarkan keberagaman, kombinasi kaligrafi dengan tulisan mandarin tersebut sekaligus untuk memudahkan para mualaf keturunan Tionghoa dalam mempelajari Asmaul Husna.

"Sebenernya ini keberagaman tujuannya. Kita tau banyak sodara kita, Tionghoa yang baru masuk islam dan ingin masuk islam sehingga jadi mualaf," tuturnya.

"Biasanya mereka orang Tionghoa ngerti bahasa Tionghoa, tapi gak ngerti bahasa Arab. Sehingga mereka bisa baca pengertiannya itu diatas dalam bahasa Tionghoanya ini. Jadi saya ingin keberagaman ini terjadi pada sodara kita yang Tionghoa," kata Jusuf.

"Saya mau sebarkan syiar ke teman-teman  keturunan Tionghoa, siapa tau mereka dapat hidayah," imbuhnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan