Senin, 1 September 2025

Ramadan 2021

Ulama NU Sebut Metode Dakwah yang Digunakan Sunan Ampel Perlu Ditiru

Islam hadir memang dari tanah Arab. Namun dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa, Walisongo termasuk Sunan Ampel, selalu beradaptasi dengan kebuda

Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
Ngabuburit BKNP PDIP dengan tema besar ‘Mata Air Kearifan Walisongo’ 

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta - Ulama Nahdatul Ulama (NU) KH Taufik Damas menjelaskan, pada abad 15 dan 16, Walisongo menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Jawa.

Caranya adalah dengan lebih mengedepankan unsur budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat. Inilah yang justru dijadikan sebagai piranti dalam menyebarkan Islam.

Meskipun Islam datang dari tanah Arab, namun para Walisongo tidak mentah-mentah mengajarkan Islam sebagaimana Islam di Arab.

“Islam hadir memang dari tanah Arab. Namun dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa, Walisongo termasuk Sunan Ampel, selalu beradaptasi dengan kebudayaan lokal sesuai dengan kondisi sosial politik masyarakat setempat,” kata Kiai Taufik.

Dia mengatakan itu saat mengisi Ngabuburit Bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan (PDIP), yang dilaksanakan jelang berbuka puasa, Rabu (5/5/2021) sore.  Acara itu dipandu host Sekretaris BKNP PDIP, Rano Karno, yang juga Anggota DPR RI.

Menurut Wakil Khatib Syuriah PWNU DKI Jakarta itu, pemahaman soal hal tersebut penting dan kontekstual pada saat ini.

Metode dakwah seperti yang digunakan Sunan Ampel perlu ditiru. Kalaupun dimodifikasi sesuai kekinian, namun substansi pendekatan budayanya, seharusnya tak berubah.

Bahwa dalam berdakwah itu tidak hanya mengajarkan masyarakat untuk mengerti betul tentang agama Islam. Tetapi juga harus memiliki sikap kebijaksanaan. 

"Karena kebijaksanaan merupakan proses berdakwah dengan penuh santun dan lebih mengedepankan ketenangan hati kepada masyarakat," urainya.

"Sikap inilah yang penting untuk dikembangkan seorang da’i dalam berdakwah, sebagaimana halnya yang telah dilakukan oleh Sunan Ampel," tambah Kiai Taufik.

Berdasarkan pendalaman ilmu yang dilakukannya, diketahui bahwa Walisongo datang ke Indonesia dengan kesadaran bahwa Nusantara memiliki banyak kebudayaan yang beragam. Maka ketika berdakwah, para Walisongo menyesuaikan metodenya dengan fakta yang ada dan tengah berkembang saat itu.

Baca juga: Dakwah Unik Ala Ustaz di Tangerang, Pakai Kostum Badut, Ajari Anak-anak Mengaji

"Para Walisongo sangat mengerti betul bahwa karakter dan budaya orang Arab sangat jauh berbeda dengan kondisi masyarakat Indonesia. Pola-pola ajaran keislaman yang berkembang di Arab berdasarkan budayanya, ini tidak bisa serta merta diajarkan mentah-mentah kepada masyarakat Indonesia," jelasnya.

"Misalnya, karakter orang Arab yang keras dan egoistik. Sementara rakyat Indonesia lebih mengedepankan karakter ‘ngejawi’-nya. Maka pola dan strategi dalam berdakwah tidak bisa disamakan," bebernya lagi.

Itulah sebabnya pola komunikasi yang digunakan Walisongo tidak menganggap budaya setempat harus diubah. Sebaliknya, Walisongo justru sangat mengapresiasi budaya yang berkembang yang kemudian ditambah nilai nilai keislaman.

Maka, pola seperti inilah yang ditempuh oleh Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan