Rabu, 20 Agustus 2025

Ramadan 2022

Cara Mandi Wajib di Bulan Ramadan: Niat, Urutan, dan Kondisi yang Mewajibkan Mandi Junub

Niat dan tata cara mandi wajib. Ini kondisi yang mewajibkan mandi junub. Muslim yang selesai haid/nifas dan keluar mani juga harus mandi wajib.

Freepik
Ilustrasi mandi - Cara mandi wajib di Bulan Ramadan. Ini kondisi yang mewajibkan mandi junub. Muslim yang selesai haid/nifas dan keluar mani juga harus mandi wajib. 

TRIBUNNEWS.COM - Mandi wajib atau mandi junub adalah hal yang wajib dilakukan bagi seorang muslim yang sedang dalam keadaan hadas besar.

Hadas besar ini termasuk keluarnya air mani, haid, dan nifas.

Di bulan Ramadan, ada sebagian muslim yang terkadang sengaja tidak mandi junub hingga waktu Subuh tiba (mandi setelah Subuh), baik karena terlalu dingin atau sebab lainnya, padahal hendak menjalani puasa.

Dalam keadaan demikian, apakah puasa mereka tetap sah meskipun belum mandi junub hingga subuh?

Dikutip dari Bimas Islam Kemenag, menurut para ulama, bagi orang yang junub di waktu malam di bulan Ramadan, maka boleh baginya mandi junub setelah fajar atau setelah waktu subuh tiba.

Tidak masalah bagi seseorang mandi junub atau mandi haid setelah Subuh, puasanya tetap dinilai sah.

Sehingga, jika kita belum mandi junub hingga waktu Subuh, maka hal itu dibolehkan dan puasa kita tetap dinilai sah.

Baca juga: 11 Amalan Sunnah Bulan Ramadan yang Menambah Pahala, Dilengkapi Niat Berpuasa dan Doa Berbuka

Meskipun demikian, tetap yang lebih utama adalah mandi junub sebelum waktu Subuh agar kita bisa memulai puasa dalam keadaan suci hari hadas besar.

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu berikut:

"Barangsiapa di waktu Subuh masih junub atau perempuan haid yang sudah suci sebelum fajar, kemudian keduanya tidak mandi kecuali setelah fajar, maka puasa pada hari itu sudah mencukupi bagi keduanya."

Kebolehan belum mandi junub hingga Subuh ini berdasarkan perbuatan Nabi SAW.

Beliau pernah menunda melakukan mandi junub hingga Subuh, dan kemudian beliau berpuasa.

Ini menjadi dasar kebolehan menunda mandi junub setelah fajar atau Subuh.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim, dari Sayidah Aisyah dan Ummu Salamah:

"Sesungguhnya Nabi Saw pernah ketika waktu Subuh dalam keadaan junub dari jimak, kemudian beliau mandi dan berpuasa." Hadis diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim.

Imam Muslim menambahi dalam hadis yang bersumber dari Ummi Salamah: 'Dan Nabi Saw tidak mengqada puasanya."

Selengkapnya, berikut ini tata cara mandi junub atau mandi wajib, dikutip dari Gramedia.

Baca juga: Mengapa Awal Ramadan di Negara Lain Berbeda? Kemenag Umumkan 1 Ramadan 1443 Jatuh pada 3 April

Cara Mandi Wajib

Ilustrasi mandi
Ilustrasi mandi (Tribunnews)

Untuk menjalankan mandi wajib, berikut ini caranya, yang diambil dari HR Muslim dan Bukhari, serta mengenai bab tata cara pelaksanaan mandi wajib.

1. Niat Mandi Wajib

a. Niat untuk Mengangkat Hadas Besar

Bacaan niatnya adalah:

“Aku berniat untuk mengangkat hadas besar kerana Allah Taala”.

Selain bacaan di atas, dapat juga membaca bismillah.

b. Niat Mandi Wajib Setelah Berhubungan Intim

“Nawaitul ghusla liraf’il hadatsil akbari minal janabati fardhan lillahi ta’ala.”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku berniat mandi untuk membersihkan hadas besar dari jinabah, fardu karena Allah Ta’ala.”

c. Niat Mandi Wajib Setelah Nifas dan Haid

“Nawaitu ghusla liraf’il hadatsil akbar minan nifasi fardhan lillahi ta’ala.”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari nifas, fardu karena Allah Ta’ala.”

Baca juga: Jadwal Imsakiyah Kota Banda Aceh Selama Ramadan 2022/1443 H, Lengkap dengan Niat Puasa

2. Membasuh Badan yang Zahir

Setelah membaca niat, kemudian membasuh seluruh anggota badan.

Rasulullah SAW mencontohkan dengan membasuh tangan sebanyak tiga kali, lalu membersihkan kemaluan.

Setelah itu mencuci tangan dengan tanah atau sabun, lalu berwudhu seperti wudhunya orang yang akan shalat. 

Kemudian, dapat membasuh seluruh anggota badan secara merata.

“Ummu Salama RA, aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang bagaimana cara mandi, lalu beliau berkata, “Mandilah engkau ambil tiga raup air ke arah kepala. Kemudian ratakannya seluruh badan. Maka dengan cara itu, sucilah engkau” (HR Muslim).

Saat melakukan mandi wajib, seluruh badan harus basah, termasuk kulit, rambut, telinga, dan kemaluan.

Seorang muslim yang mandi wajib juga dapat meratakan air di badan agar dapat menjangkau seluruh bagian.

3. Rambut dalam Kondisi Terurai/Tidak Terikat

Ketika mandi wajib, rambut tidak boleh terikat.

Hal ini dikarenakan rambut yang terikat kemungkinan tidak akan terkena air, sehingga tidak tersucikan.

4. Memberikan Wewangian bagi Wanita yang Setelah Haid

Langkah ini sifatnya tidak wajib atau bersifat sunah.

Untuk para wanita, mereka bisa memberikan berbagai wewangian ataupun sari-sari bunga yang bisa membersihkan dan memberi wangi pada bagian tubuh yang disucikan.

Baca juga: Ketentuan Membayar Fidyah bagi yang Tidak Mampu Qadha Puasa, Berapa Takaran Fidyah Satu Orang/Hari?

Kondisi yang Mensyaratkan Mandi Wajib dalam Islam

Ilustrasi menstruasi.
Ilustrasi menstruasi. (Google.com)

1. Keluarnya Air Mani

Seperti yang sudah dibahas di atas, keluarnya mani merupakan kondisi seseorang mengalami hadast besar.

Laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan badan harus mandi junub, karena mengeluarkan cairan dari kemaluannya.

Hal ini sesuai dengan surat An Nisa berikut ini:

“Hai untuk kalian orang-orang yang beriman, janganlah untuk kamu shalat dalam keadaan mabuk, hingga kamu mengerti apa yang telah kamu ucapkan, dan jangan datangi masjid sedangkan kamu dalam keadaan yang junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi”. (QS : An-Nisa : 43)

2. Melakukan Hubungan Badan Meski Tidak Keluar Mani

Diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata, ”Apabila seseorang duduk diantara bagian tubuh perempuan yang empat, diantara dua tangan serta dua kakinya kemudian menyetubuhinya maka wajib untuk mandi, walaupun mani itu keluar atau tidak.” (HR. Muslim)

Dari hadist tersebut dapat dipahami ketika pasangan suami-istri yang telah berhubungan badan, walaupun tidak mengeluarkan mani, sedangkan telah bertemunya kemaluan, maka mereka wajib untuk menjalankan mandi wajib.

3. Haid dan Nifas

“Mereka yang bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid merupakan suatu kotoran”. Maka dari itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haid dan janganlah kamu untuk mendekati mereka sebelum mereka telah suci. Apabila mereka telah suci, Maka berbaurlah dengan mereka itu di tempat yang sesuai perintah Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah akan menyukai orang-orang yang telah bertaubat dan menyukai orang yang telah mensucikan diri” (QS : Al-Baqarah : 222)

Darah yang telah dikeluarkan ketika Haid serta Nifas statusnya adalah sebuah kotoran dan najis.

Sehingga wanita yang telah melewati masa haid dan nifas, harus bersuci dengan mandi wajib, agar bisa kembali menjalani ibadah.

4. Meninggal Dunia

Orang yang mengalami kematian hukumnya wajib untuk dimandikan.

Untuk pengerjaannya, muslim yang meninggal dan telah dimandikan akan dishalatkan sesuai tata cara shalat jenazah dalam islam, sebagai shalat terakhir dari mayit.

“Ibnu Abbas RA, Rasulullah saw berkata dalam keadaan berihram terhadap seorang yang meninggal terhempas oleh untanya, ”Mandikanlah ia dengan air juga daun bidara.” (HR.Bukhori Muslim)

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Ramadhan 2022

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan