Lebaran 2022
Kapan Lebaran Idul Fitri 2022? Ini Jadwal Sidang Isbat 1 Syawal 1443 H
pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat (penetapan) 1 Syawal 1443 H pada Minggu, 1 Mei 2022.
Penulis:
Arif Fajar Nasucha
Editor:
Arif Tio Buqi Abdulah
Link sidang Isbat 1 Syawal 1443 H
Sidang isbat akan digelar secara hybrid, yakni daring dan luring.
Hasil sidang Isbat 1 Syawal 1443 H akan disiarkan langsung oleh TVRI sebagai TV Pool dan juga RRI.
Selain itu, Penyampaian hasil sidang isbat juga disiarkan secara langsung melalui media sosial Kementerian Agama.
- Live streaming TVRI di https://tvri.go.id/live
- Kanal Youtube Kementerian Agama
- Media sosial Kementerian Agamam, Instagram @kemenag_ri atau @bimasislam
Baca juga: MUI: NU dan Muhammadiyah Berpotensi Rayakan Idul Fitri 1443 H Dalam Waktu Bersamaan
MUI sebut NU dan Muhammadiyah Berpotensi Rayakan Idul Fitri 1443 H Dalam Waktu Bersamaan
Diwartakan Tribunnews.com, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan perkiraan perayaan 1 Idul Fitri 1443 H atau 2022 M bertepatan pada 2 Mei 2022.
Sekretaris Jenderal MUI Amirsyah Tambunan menyebut, dengan perkiraan yang demikian maka, baik Nadhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berpotensi akan merayakan Hari Raya Idul Fitri dalam waktu bersamaan.
"Saya pribadi menyampaikan dalam banyak kesempatan Lebaran tahun ini memang diperkirakan berpotensi sama," kata Amirsyah saat ditemui awak media di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Selasa (26/4/2022).
"Diperkirakan bulan sudah kelihatan jadi potensi sama (perayaan) Idul Fitri yaitu pada tanggal 2 Mei 2022," sambungnya.
Amirsyah menyatakan, penunjukkan bulan tersebut sebagaimana kriteria dari MABIMS yang memperkirakan pada tanggal 2 Mei 2022 posisi bulan sudah di atas 3 derajat.
"Karena di akhir Ramadhan tanggal 1 Mei 2022, itu diperkirakan posisi bulan sudah di atas 3 derajat dan itu juga sudah sesuai dengan kriteria MABIMS 2021," kata Amirsyah.
MUI kata Amirsyah lantas merasa bersyukur jika memang nantinya penetapan 1 Idul Fitri dirayakan secara bersamaan antara NU dan Muhammadiyah.
Hal itu didasari agar terciptanya kebersamaan antara pemegang keyakinan bagi umat Islam dan untuk kemaslahatan bersama.
"Andaikan terjadi perbedaan mudah-mudahan tidak terjadi kita berharap untuk merajut kebersamaan tentu pemerintah. Mempertimbangkan untuk maslahat kebersamaaan," tukasnya.
(Tribunnews.com/Fajar/Rizki Sandi Saputra)