Awas Merapi
Kali Ini Merapi Memang Berbeda
Relawan yang tergabung dalam Komunitas Lereng Merapi (KLM) terus memonitor aktivitas gunung dari pos-pos terdepan
Editor:
Tjatur Wisanggeni

TRIBUNNEWS/BRAMASTYO AD
Para pelajar warga Kaliurang yang bersekolah di Pakem dan wilayah bawah lain diantar pulang menggunakan truk TNI, Senin (25/10) siang. Menyusul peningkatan status Awas gunung Merapi, semua angkutan umum dari dan ke Kaliurang dilarang naik. Begitu juga kunjungan wisata juga tak diizinkan sampai situasi dinyatakan aman.
Laporan : Setya Krisna Sumargo dari Kaliurang
KALIURANG, TRIBUNNEWS.COM --
Relawan yang tergabung dalam Komunitas Lereng Merapi (KLM) terus
memonitor aktivitas gunung dari pos-pos terdepan yang masih mereka jaga.
Sampai Senin (25/10/2010) siang, beberapa kali terdengar
dentuman-dentuman sporadis dari arah puncak.
Meski
kawasan puncak Merapi tertutup awan tebal, diperkirakan suara-suara
riuh itu berasal dari guguran lava yang runtuh dari wilayah puncak
akibat aktivitas vulkanik. Menurut Capung, penggiat KLM, aktivitas
Merapi kali ini sangat
berbeda ketimbang peristiwa tahun 2006.
"Perkembangannya
sangat radikal. Ini membuat persiapan kita membangun pos-pos pantau
yang baru terkendala. Perhatian terpecah. Kini sebagian warga
terkonsentrasi membantu persiapan di barak-barak pengungsian dan
kemungkinan evakuasi segera," kata Capung siang ini dihubungi dari
Kaliurang.
Namun demikian KLM tetap
menempatkan relawan-relawan pilihan yang terseleksi alam untuk bertahan
di titik-titik terdepan yang memungkinkan pengamatan visual setiap saat.
Informasinya di-update via saluran komunikasi radio yang dibangun KLM.
"Kita
terus sharing informasi dengan titik-titik pantauan di lereng barat
maupun utara di Selo, Boyolali," katanya. Sejauh ini berdasarkan
pengamatan relawan KLM, aktivitas Merapi terpantau landai, dan
pengamatan visual dari arah selatan sulit karena puncak gunung tertutup
awan
tebal.(*)
Rekomendasi untuk Anda