Jejak Misterius di Yogya
Bentuk Crop Circle di Berbah Tidak Simetris itu Artinya
Pendekatan yang dilakukan peneliti di Teknik Geodesi UGM terhadap crop circle di Yogyakarta adalah mengamati bentuk geometrinya.

I Made Andi Arsana, pemerhati geodesi dan geomatika populer, mengatakan, foto yang dianalisis tentu saja telah diolah sedemikian rupa sehingga akurasi bentuk, dimensi ataupun ukurannya dapat dipertanggungjawabkan.
Pola yang nampak pada foto udara setelah direktifikasi (perbaikan bias gambar.red) menunjukkan adanya komponen-komponen yang tidak simetris. Secara umum, bentuk CC ini terlihat sangat simetris, namun pengukuran yang lebih teliti menunjukkan adanya ketidakakuratan simetri tersebut.
Jika menginginkan pembuktian yang lebih akurat, tentu saja perlu dilakukan pengukuran lapangan dengan menggunakan alat-alat survei yang memadai.
Temuan ketidaksimetrisan bentuk CC ini mengarahkan pada dugaan bahwa pola ini tidak dihasilkan dengan cara mendaratkan sebuah obyek (mesin atau pesawat.red) di persawahan tersebut.
Tentu saja dugaan ini didasari oleh satu asumsi bahwa sebuah mesin atau pesawat umumnya dirancang secara simetris, sehingga ‘bekas pendaratannya’ pun akan simetris.
Hal yang lebih penting, bentuk CC di Berbah secara umum terlihat simetris. Ini mengarahkan pada dugaan bahwa ketidaksimetrisan jejaknya bukanlah suatu kesengajaan dalam rancangan mesin atau pesawat. Meski demikian, dugaan ini tetap dapat dipatahkan, jika asumsi itu tidak benar.
Bukankah asumsi di atas didasarkan pada pemahaman terbatas atas rancangan sebuah mesin ataupun pesawat? Bukankah ada kemungkinan, misalnya, rancangan sebuah pesawat luar angkasa benar-benar berbeda dengan yang kita pahami selama ini?
Intinya, Tim Teknik Geodesi memang berhasil membuktikan secara geometri adanya ketidaksimetrisan bentuk CC di Berbah itu. Meski demikian, hal ini tidak serta merta bisa membuktikan siapa pembuat CC tersebut.
Benar memang bahwa ketidaksimetrisan itu bisa mengarahkan pada dugaan bahwa CC itu dibuat secara manual oleh manusia dengan keterbatasan alat dan keterampilan. Namun kesimpulan akhir tentu masih harus diuji dengan berbagai pendekatan lain.
Apa yang dilakukan oleh Teknik Geodesi UGM tentu saja hanya sebagian kecil dari yang diperlukan untuk mengungkap teka-teki ini. Siapapun yang membuat CC di Berbah tersebut, mereka pasti memiliki cita rasa seni yang tinggi dan pemahaman geometri serta matematika yang tidak sederhana.
Tidak disangkal bahwa CC memang dapat dibuat manusia dan dapat dijelaskan dengan sangat logis. Meski demikian, adalah kenyataan bahwa keberadaan sebagian kecil CC di dunia sulit dijelaskan dengan logika. Di luar itu semua, selalu saja ada pihak-pihak yang menyukai misteri.
Seperti fenomena Segitiga Bermuda. Meskipun telah coba dijelaskan dengan pendekatan ilmu pengetahuan, selalu saja ada penjelasan lain yang bisa mengarahkannya kepada misteri. Konon, diakui atau tidak, ada bagian dari setiap diri manusia yang menyukai misteri.