Jejak Misterius di Yogya
Crop Circle itu Dibuat Ufo ataukah Manusia
SERIBU satu pertanyaan muncul saat muncul jejak misterius crop circle di areal persawahan persawahan Rejosari, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

SERIBU satu pertanyaan muncul saat muncul jejak misterius crop circle di areal persawahan persawahan Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Ada yang beranggapan fenomena itu dibuat oleh makhluk asing alias UFO namun ada juga pendapat bahwa hal itu merupakan buatan manusia. Masing-masing punya argumentasi tersendiri.
Pesan simbolik itu sebenarnya bukan barang baru. Kaum kuno Pagan yang pernah eksis bertahun-tahun menggunakan simbol-simbol tertentu untuk menyampaikan pesannya. Bahasa verbal sulit mereka gunakan karena kaum ini diburu banyak pihak karena dianggap pengikut setan.
Ironisnya, ada yang menyebut simbol-simbol kaum Pagan yang terlarang ini masih banyak digunakan, bahkan oleh institusi resmi dan banyak organisasi abad modern ini. Contohnya obelisk, simbol phallus, sentral ritual pemujaan terhadap Dewa Matahari oleh kaum Pagan.
Obelisk ini berdiri di banyak kota dunia seperti Washington DC, Paris, dan jantung Tahta Suci Vatikan. Bahkan tugu Monas di titik nol kilometer Jakarta pun kerap dihubung-hubungkan dengan simbol phallus kaum Pagan, atau lingga sebagai wujud kelelakian.
Pola aneh simetris --dunia barat populer menyebutnya crop circle-- di Berbah juga diyakini simbol yang telah dikenali sejak lama. Pola gambarnya jika dilihat utuh dari atas identik dengan simbol muladhara cakra dalam khasanah Hindu.
Julius Perdana, administrator Beta-UFO Indonesia, komunitas pemburu jejak ekstraterestrial meyakini pola itu sama dengan yang pernah dipelajarinya pada kasus crop circle di lokasi lain.
"Muladhara dideskripsikan berwarna kuning, lotus bujursangkar (empat daun) dikelilingi oleh delapan tombak yang berkilauan di samping dan di sudut dan dengan empat buah daun bunga," kata Julius menuliskan tafsirnya atas pola aneh pertama yang muncul di Indonesia ini.
Sementara itu pendeta Hindu di Pura Jagatnatha Banguntopo, Banguntapan, Bantul berpendapat bahwa itu adalah lambang muladhara cakra. "Cakra pertama dalam ilmu meditasi. Merupakan pintu pembuka untuk membangkitkan energi naga Kundalini," kata Achir Murti Adiwiyono.
Sayang, keduanya belum mampu menerjemahkan apa pesan yang terkandung dalam pola aneh yang identik dengan simbol muladhara cakra itu.
Serangkaian wawancara dengan pekerja seni, ahli desain visual, akademisi seni rupa, dan para ilmuwan di Yogya juga belum memberikan titik cerah teka-teki ini.
Edy Susilo MSi, dosen Ilmu Komunikasi Fisip UPN Veteran Yogyakarta mengaku masih sulit menebak makna pesan dari pola unik itu. Ia hanya yakin si pembuat atau komunikatornya memiliki maksud tertentu yang ingin disampaikan ke khalayak ramai.
"Ketika kita berbicara dari perspektif semiotika, pola circle crop Berbah merupakan suatu pesan," kata Edy. Namun makna pesan yang terkandung di pola tersebut tidak bisa berdiri secara tunggal. Artinya, setiap orang bebas menafsirkan dari sudut pandang mana melihatnya.
"Ketika ingin menganalisa makna di simbol itu, kita harus mengetahui frame dan latar belakang sang pembuat. Jika tidak mengetahuinya, kita akan kehilangan konteks makna tersebut," imbuhnya.
Edy berujar, akan lebih bijaksana, jika makna yang terkandung di pola circle crop Berbah, dibiarkan lepas di permukaan. "Baiknya, tidak ada pihak yang menglaim tafsirnya yang paling benar. Karena tak ada makna tunggal pada pola circle crop Berbah," katanya.
Tanggapan sama disampaikan dosen Disain Komunikasi Visual dan pakar semiotika ISI Yogyakarta, Sumbo Tinarbuko. Jika merujuk pada ilmu semiotika, Sumbo berujar, circle crop itu belum bisa menjadi tanda, karena konteksnya belum ditemukan.
Siapa yang membuat dan tujuannya apa, masih menjadi misteri hingga sekarang ini. Meskipun di luar negeri banyak kejadian serupa telah terungkap, atau belakangan diketahui buatan manusia atau seniman dan ahli instalasi.
"Untuk kasus Berbah, seharusnya ini dicatat saja untuk sejarah ke depan. Biarkan orang menafsirkan simbol yang terbentuk. Karena jika konteksnya tidak diketahui, hanya akan terjadi debat kusir. Fenomena crop circle kan masih menjadi polemik berbagai disiplin ilmu," jelasnya.
Kalangan pekerja seni di Yogya, Rolly Love Hate Love, menyebut hanya orang "gila" yang membuat crop circle dalam waktu satu malam. Rolly yakin belum ada seniman di Yogya, maupun Indonesia yang memiliki kemampuan membuat karya seperti itu.
Bayu Widodo, mengatakan, karya seperti itu membutuhkan konsep dan eksekusi yang matang. "Apalagi tak ada jejak kegiatan manusia di sekitarnya. Kalau itu memang karya manusia, bisa dipastikan orang itu sudah melakukan pengukuran di lapangan, jauh hari sebelum pembuatan. Itupun harus dilakukan berulang kali," terang Bayu.
Karena itu Rolly dan Bayu sulit meyakini crop circle Berbah buatan seniman. Yang bisa dipastikan, itu adalah sebuah simbol yang memiliki makna. "Biarkan orang menafsirkan makna apa yang ada didalamnya," pungkas Rolly.