Bom Bunuh Diri Cirebon
Keahlian Rakit Bom Kelompok Syarif dari Kelompok Berbeda
Hasil investigasi, keterangan saksi, dan temuan barang bukti berupa bom, diketahui ke-16 orang yang terlibat kasus Bom Mapolresta Cirebon
Penulis:
Abdul Qodir
Editor:
Johnson Simanjuntak
Demikian disampaikan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam dalam jumpa pers di Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Kamis (19/5/2011).
Densus 88 Antiteror Polri telah menangkap 16 orang yang terlibat bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon, Jawa Barat. Tiga di antaranya tewas, yakni pelaku bom bunuh diri Mochammad Syarif, serta Sigit Qurdowi dan Hendro Yunanto.
Pengetahuan merakit bom diperoleh dari Tim Hisbah-Semanggi, Sukoharjo, pimpinan Sigit Qurdowi. Sigit merupakan buronan kasus bom Klaten, Surakarta dan Sukorhajo yang tewas bersama pengawalnya, Hendro Yunianto, 14 Mei 2011.
Dalam fakta-fakta penyidikan dan persidangan kasus terorisme kelompok Klaten (Arga Wiratama, Roki Aprisdianto alias Atok dkk), terungkap bahwa pengetahuan merakit bom juga diperoleh dari Heri Sigo Samboja alias Neril alias Shofir. Shogir adalah murid dari DR Azhari.
"Shogir adalah terpidana kasus terorisme atau kepemilikan komponen bom, senjata api dan amunisi kelompok Abdullah Sunata," kata Anton.
Pengetahuan membuat bom Shogir ini, selanjutnya dipelajari oleh kelompok Syarif, yang dipimpin oleh Yadi Al Hasan. Diketahui Yadi adalah Amir Ashabul Kahfi Cirebon, tim kecil Asykari yang semua anggotanya merupakan anggota JAT Wilayah Cirebon.
Selain belajar pengetahuan bom secara berkelompok, anggota kelompok Syarif juga belajar secara perorangan. "Fakta ini didukung dengan ditemukannya sisa komponen rangkaian elektronik dan bahan peledak di 14 lokasi, di rumah ke-16 tersangka, termasuk di rumah Syarif," ujar Anton.