Sekolah Rusak Digoyang Gempa, Siswa Tak Bisa Belajar

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Khalidin

TRIBUNNEWS.COM, SUBULUSSALAM – Gempa 6,7 skala richter yang mengguncang Aceh pada Selasa dinihari (6/9/2011), tak hanya menghancurkan sejumlah infrastruktur bangunan, tapi juga membuat proses belajar mengajar di sejumlah sekolah tidak bisa dilakukan.

Salah satunya di SMP Dayah Perbatasan Minhajussalihin, Desa Kampung Baru, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam. Sebanyak 196 santri di sekolah tersebut tidak bisa belajar karena masih trauma dengan gempa. Pasalnya, para santri yang mondok di asrama lantai atas sempat ditimpa plafon.

Kepala SMP Dayah Perbatasan, Drs. Karim mengatakan, 80 persen gedung sekolah tersebut rusak. Dari jumlah tersebut, tiga ruang asrama rusak parah karena plafon gypsum ambruk dan sempat menimpa para santri yang sedang tertidur pulas.

”Semua santri tertimpa plafon, tapi alhamdulillah tidak ada yang terluka parah, hanya dua orang yang mengalami luka ringan,” kata Karim.

Akibat kondisi yang tidak memungkinkan itu, pihak sekolah terpaksa meliburkan proses belajar mengajar. Selain karena masih trauma, sebagian santri juga dijemput oleh orang tua mereka yang khawatir dengan kondisi anak-anaknya.

Untuk sementara pihak sekolah berencana akan mengganti ruang asrama menjadi ruang belajar, dan sebaliknya. ”Insya Allah besok anak-anak sudah mulai belajar. Ruang tidur nanti kami buat menjadi lokal, dan mereka pindah ke bawah,” tandas Karim.

Hal serupa terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Subulussalam. Sebanyak 365 siswa di sekolah tersebut tidak bisa belajar karena gedung sekolahnya rusak parah. Kepala MIN Subulussalam, Kamaruddin, mengatakan, sedikitnya dua gedung di sekolahnya rusak parah, dan beberapa lainnya retak.