Senin, 6 Oktober 2025

Rumah Sakit Jiwa Cisarua Penuh Sesak

Akibatnya, hampir semua ruangan tersisa di rumah sakit tersebut kini penuh sesak.

Editor: Prawira

TRIBUNNEWS.COM, CISARUA - Puluhan pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat di Cisarua yang awalnya dirawat di dua ruangan berbeda, yakni Ruangan Kutilang dan Ruangan Merpati, terpaksa disebar ke ruangan-ruangan lain di RSJ tersebut. Akibatnya, hampir semua ruangan tersisa di rumah sakit tersebut kini penuh sesak. Tanpa pengawasan yang ketat, kondisi tersebut dapat membahayakan pasien.

Konsisi ini berawal ketika gempa bumi mengguncang Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (28/8) lalu. Dua kamar rawat inap RSJ tersebut rusak. Akibatnya, RSJ ini mengalami pengurangan kapasitas sebanyak 50 tempat tidur. Semua pasien yang dirawat inap di kedua ruangan itu pun harus rela digabung bersama beberapa pasien di ruangan lainnya.

Ruangan Kutilang yang berkapasitas 35 orang mengalami kerusakan cukup parah pada bagian atap dan dindingnya sehingga pihak RSJ menganggap ruangan tersebut tidak aman untuk dijadikan tempat rawat inap. Sedangkan, ruangan Merpati yang berkapasitas 35 orang mengalami kerusakan separuhnya. Dengan demikian, sebagian kamar yang berkapasitas 15 tempat tidur tidak bisa digunakan lagi.

Ruangan Kutilang merupakan ruangan rawat inap khusus laki-laki sedangkan ruangan Merpati merupakan ruangan rawat inap khusus perempuan.

Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan, Nining Mariam, mengatakan kala itu ruangan Kutilang diisi oleh 22 pasien. Akibat kerusakan pada ruangan tersebut, 22 pasien ini dipindahkan ke ruangan kelas III lainnya, yaitu ruangan Nuri, Merak, dan Perkutut. Mereka harus rela berbagi tempat bersama penghuni lama di ruangan-ruangan tersebut.

"Untungnya waktu itu ruangan-ruangannya tidak terlalu penuh. Jadi, semua pasien yang pindah dari ruangan Perkutut dan Merpati bisa terserap di tiga ruangan lainnya. Hanya saja, RSJ ini mengalami pengurangan kapasitas dari yang tadinya 235 tempat tidur untuk rawat inap, menjadi 185 saja. Dari sinilah masalah muncul," kata Nining, ditemui di RSJ Provinsi Jabar Cisarua, Jumat (14/10).

Itu sebabnya, walaupun kini masih ada sedikit ruang rawat inap yang kosong, pihak RSJ tetap tidak bisa menerima pasien rawat inap baru sampai kemarin. Sebab, ruang rawat intensif yang ditujukan bagi pasien yang mengalami gejala akut "gaduh gelisah" sedang terisi penuh. Pengurangan daya tampung akibat rusaknya 2 bangunan tersebut, kata Nining, kian mempersulit proses penerimaan pasien baru.

"Prosedurnya, setiap pasien akut yang gaduh gelisah akan dirawat dahulu di ruangan intensif sampai tenang. Masalahnya, kapasitas ruangan intensif ini hanya muat untuk 37 pasien dan sekarang sedang penuh. Mereka pun belum sepenuhnya tenang. Otomatis, mereka tidak bisa dipindahkan langsung ke ruang rawat inap tenang baik kelas I, kelas II, atau pun kelas III," ujar Nining.

Sebelumnya, diberitakan satu dari lima warga Jawa Barat mengalami gangguan jiwa setiap tahunnya. Data mengejutkan ini diungkapkan Dr Natalingrum SpKJ MKes dari Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Kondisi tersebut membuat Jawa Barat menjadi provinsi dengan penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia. Bahkan angka rata-ratanya mencapai 20 persen, atau lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 11,6 persen dari jumlahpenduduk.

"Dengan data ini bisa dikatakan, ada sekitar 19 juta orang di Jawa Barat mengalami gangguan jiwa. Ini berarti 1 dari 5 orang di Jawa Barat mengalami gangguan kesehatan jiwa," kata Natalingrum.
Penuh

RSJ Cisarua awalnya memiliki kapasitas 235 tempat tidur yang terdiri atas 37 tempat tidur di ruangan intensif, 25 tempat tidur khusus pasien napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif), dan 173 ruangan rawat inap tenang. Setelah gempa terjadi, RSJ mengalami pengurangan kapasitas ruangan rawat inap tenang sebanyak 50 tempat tidur. Jadi, sekarang RSJ ini hanya bisa menampung 123 pasien rawat inap tenang saja.

"Berdasarkan data yang dicatat kemarin, 37 tempat tidur di ruangan rawat inap intensif  terisi penuh. Kemudian, ada 115 pasien di ruangan rawat inap tenang. Jadi, cuma ada 8 tempat tidur lagi yang kosong. Walaupun cuma ada 12 pasien napza di ruangan pasien napza, yang di ruangan rawat inap intensif tidak bisa dipindahkan ke ruangan khusus pasien napza. RSJ ini jadi semakin sesak sejak ada pengurangan 50 tempat tidur itu," ujar Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan, Nining Mariam,

Walaupun daya tampung ruang rawat inap tenang semakin mengkhawatirkan, Nining mengatakan masalahnya terdapat pada ruang rawat inap pasien akut yang hanya berkapasitas 37 pasien dan sering terisi penuh. Karenanya, selain akan merenovasi dua ruangan yang rusak akibat gempa, pihak RSJ akan membangun ruangan rawat inap pasien akut tambahan.

"22 pasien laki-laki dari ruangan Kutilang kan dipindahkan. Jadi, sekarang ruang rawat inap tenang untuk pasien laki-laki sudah penuh. Pasien laki-laki dari ruang rawat inap intensif jadinya tidak bisa dipindahkan ke ruangan rawat inap tenang atau tertahan di ruang rawat inap intensif. Mereka juga tidak bisa dipindahkan ke ruangan khusus pasien napza," kata Nining.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved