Kamis, 14 Agustus 2025

Ekspedisi Sabuk Merapi 2011

Runtuhnya Mitos Semburan Merapi Takkan ke Selatan

Letusan Merapi 2010, kata Kepala BPPTK Yogyakarta Drs Subandrio MSi, juga menjadi pembelajaran bagi masyarakat di lereng gunung tentang ilmu titen

Editor: Harismanto
zoom-inlihat foto Runtuhnya Mitos Semburan Merapi Takkan ke Selatan
Tribunnews.com/Iman Suryanto
Ini adalah pemandangan detik-detik meletusnya Gunung Merapi yang mengeluarkan debu vulkanik serta awan panas (wedus gembel) yang terjadi untuk kesekian kalinya, Senin (1/11/2010). Akibat letusan tersebut membuat para pengungsi yang berada di tenda-tenda pengungsian di bawah Gunung Merapi panik dan mencoba menyelamatan diri.

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hanan Wiyoko
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Letusan Merapi 2010, kata Kepala BPPTK Yogyakarta Drs Subandrio MSi, juga menjadi pembelajaran bagi masyarakat di lereng gunung tentang ilmu titen dan mitos letusan.

Letusan Merapi 2010 yang meluluhlantakkan Desa Kinahrejo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta di sisi selatan gunung membuktikan mitos letusan tidak bakal ke arah selatan tak lagi terbukti.

Dari pengalaman kemarin, ia mengingatkan masyarakat alam serta Merapi tak lagi bekerja seperti biasanya, melainkan bertindak sendiri. "Mitos erupsi tak bakal ke selatan tak lagi dapat dipercaya. Letusan 2010 membuktikan alam bertindak dengan caranya sendiri," tegas Subandrio.

Letusan besar 2010 juga berdampak pada perubahan pola pengamatan Gunung Merapi. Sekarang, karena kondisi morfologi kawah yang berubah mau tak mau petugas juga mengubah sistem pengamatan baru.

"Dahulu petugas mengukur suhu dengan menggunakan termometer ke permukaan kawah. Namun sekarang cara-cara lama tak bisa digunakan lagi," kata Subandriyo.

Rencananya, bersamaan Ekspedisi Sabuk Merapi 2011 yang digelar Harian Tribun Jogja didukung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BPPTK Yogyakarta, stafnya akan memasang sejumlah alat sensor jarak jauh di lokasi-lokasi tertentu. Kegiatan ekspedisi akan dilakukan selama tiga hari, Rabu (26/10/2011) sampai Jumat (28/10/2011) dengan melakukan pengamatan di empat rute penting, Selo, Babadan, Kinahrejo, dan Srunen. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan