Daeng Lewa 74 Tahun Menghuni Pulau Bebuar
Pak Lewa--demikian ia disapa--telah menetap di Pulau Bebuar sejak 74 tahun silam. sekarang dia seorang diri mendiami rumah

Laporan Wartawan Bangka Pos, Zulkodri
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Otot tangannya kini tak setegap dulu lagi, rambutpun kini telah memutih. Kerutan sekitar bawah mata dan kening di wajahnya tidak dapat membohongi dirinya sudah tidak muda lagi.
Seorang lelaki tua, bercelana pendek serta kaos oblong yang melekat di tubuhnya itu bernama Daeng Lewa (94). Warga Sulawesi Selatan (Sulsel) Kabupaten Jeneponto kerap menyambangi para nelayan yang singgah ke Pulau Bebuar, yang berada di wilayah perairan Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Pada kesempatan itu, mereka lantas saling ngobrol sambil merokok dan berbagi makanan lainnya.
Pak Lewa--demikian ia disapa--telah menetap di Pulau Bebuar sejak 74 tahun silam. sekarang dia seorang diri mendiami rumah gubuk berukuran 2x2 bekas lahan rumah sekolah di Pulau Bebuar tersebut.
Sejak berumur 17 tahun, Pak Lewa adalah seorang pelayar ulung yang berangkat dari kota Ujung Pandang tujuan Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan untuk membawa kayu tanpa menggunakan mesin. Seiring waktu di zaman itu Pak Lewa sampai di rute pelabuhan terakhir yaitu Tanjung Priok Jakarta.
Karena kapal tersebut akan kembali lagi ke Ujung Pandang, maka Pak Lewa berniat untuk tidak kembali dengan alasan di sana sedang terjadi pemberontakan yang dikenal pada masa itu, pemberontakan Kahar Muzakar atau Gurilla.
Akhirnya Pak Lewa membulatkan tekadnya untuk ikut nelayan tujuan Belitung. Tiga tahun di Belitung, Pak Lewa pindah lagi perahu dengan nelayan tujuan Pulau Bebuar wilayah pulau Bangka. Di pulau tersebut, sebelumnya didiami 40 kepala keluarga dan disitulah Pak Lewa tinggal tanpa pernah menikah.
Tahun 1989 semua penduduk pulau itu pindah ke Desa Kurau Kecamatan Koba kecuali Pak Lewa dengan alasan tidak ada keluarga selain dirinya sendiri.
"Saya ini datang dulu melaut. Tinggal di Belitung tiga tahun, pergi ke Bangka ini, ngikut nelayang Mayang (pukat rumpon-red) lalu menetap di Pulau Bebuar," ungkapnya menceritakan kronologis dirinya datang ke Pulau Bebuar.
Sejauh ini ingatan Pak Lewa masih tajam untuk mengingat latar belakang keluarganya. Menurutnya, seluruh saudara kandungnya sudah meninggal semua. Pada usia bocah, Lewa diangkat oleh ibu angkatnya yang bernama Kenari.
Koordinator Pos Tagana Kurau Kabupaten Bangka Tengah, Yasir menuturkan adanya penghuni di Pulau Bebuar diketahui secara tidak sengaja usai Tim Tagana Pos Kurau Kabupaten Bangka Tengah, tepatnya 2 Desember 2011 lalu singgah ke pulau tersebut.
"Saat itu cuaca ekstrim melanda perairan Selat Gaspar Kabupaten Bangka Tengah. Dimana beberapa bagan rusak dan beberapa korban dari nelayan hanyut," ujar Yasir.
Karena cuaca tidak memungkinkan tim tagana di bawah koordinasi Yasir memutuskan singgah di Pulau Bebuar. Beberapa menit di pulau tersebut, mereka dihampiri seorang kakek.
Dikatakan, kakek berpakaian lusuh bernama Daeng Lewa meminta sebatang rokok kepada anggota tim. Selanjutnya, kakek itu menuturkan bahwa selama berada di Pulau Bebuar belum mendapatkan makanan nasi karena belum sempat bertemu nelayan yang biasanya singgah di pulau tersebut.
Sebelumnya, Bupati Bangka Tengah Erzaldi Roesman Djohan mengaku pihaknya sempat membantu Pak Lewa dengan memulangkan ke kampung halamannya di Sulawesi Selatan namun Pak Lewa kembali ke Pulau Bebuar.