Kamis, 21 Agustus 2025

Kerusuhan Sampang

Pengungsi Syiah Sampang Tolak Dipindah ke Rusun Sidoarjo

Keinginan Pemprov Jawa Timur untuk memindahkan 289 pengungsi Syiah yang saat ini ditampung di GOR Tenis Sampang ke Sidoarjo

zoom-inlihat foto Pengungsi Syiah Sampang Tolak Dipindah ke Rusun Sidoarjo
AFP/STR
Beberapa anggota pasukan keamanan bersenjata lengkap mengawal sejumlah warga menuju ke tempat pengungsian menyusul terjadinya kerusuhan di Sampang, Madura, Jawa Timur, Minggu (26/8/2012). Dua orang tewas, puluhan luka-luka, beberapa rumah hangus dibakar, dan ratusan warga pengikut Syiah terpaksa mengungsi akibat peristiwa tersebut.

Laporan Wartawan Surya, Muchsin

TRIBUNNEWS.COM, SAMPANG - Keinginan Pemprov Jawa Timur untuk memindahkan 289 pengungsi Syiah yang saat ini ditampung di GOR Tenis Sampang ke Sidoarjo, nampaknya tidak akan terlaksana. Sebab mereka menolak pindah ke luar Madura, walau hanya bersifat sementara.

Ummuh Kulsum, istri Ustad Tajul Muluk mengatakan, tawaran pindah dengan alasan lokasi pengungsian tidak layak, bukanlah solusi terbaik bagi warga Syiah. Langkah itu menambah beban sengsara lahir batin bagi pengungsi.

Seharusnya, lanjut ibu lima anak ini, pemeritah bertindak tegas dan menyadarkan ulama, tokoh masyarakat dan warga di Omben dan Karang Penang, agar tidak mengganggu mereka.

“Sampai sekarang pemerintah belum memberikan kepastian, jika kami kembali lagi ke kampung halaman apakah aman atau tidak, malah kami ditawarkan pindah ke luar Madura,” kata Ummu Kulsum.

Diungkapkan, penolakan pindah ke luar Madura, baik relokasi, tinggal sementara atau transmigrasi, merupakan keinginan seluruh pengungsi. Karena Karang Gayam dan Karang Penang, sudah menjadi tanah kelahiran yang memberikan penghidupan bagi mereka.

Ia menuding, tawaran pindah ke rumah susun ini bagian dari upaya pemerintah setempat untuk lepas tangan, lalu membuang mereka ke luar Madura, sehingga mereka tidak bisa kembali lagi ke kampung halamannya.

“Kami meminta kepada aparat dan pemerintah, jangan usir dan paksa kami pindah ke luar Madura. Kami warga yang teraniaya, jika kami dipaksa pindah, berarti pemerintah sengaja ingin membuang kami. Tolong, kami ingin pulang kampung, itu saja tidak ada yang lain,” kata Ummuh Kulsum.

Sementara menyikapi kasus konflik antara penganut Syiah dan Sunni di Sampang, Majlis Ulama Indonesia (MUI) se Madura bersama Badan Silaturrahmi Ulama Pesantren Madura (Bassra), menggelar pertemuan di aula SMK III, Pamekasan, Jumat (7/9/2012).

Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan