Curi Minyak di Kilang Sendiri
Aksi pencurian minyak mentah terus terjadi, bahkan kini melibatkan kalangan internal perusahaan minyak, dan menggunakan modus baru.
Mantan Karyawan Bongkar Modus Pencurian Minyak
TRIBUNNEWS.COM JAMBI, - Aksi pencurian minyak mentah terus terjadi, bahkan kini melibatkan kalangan internal perusahaan minyak, dan menggunakan modus baru.
Belakangan ini aparat keamanan, baik polisi maupun TNI telah beberapa kali melakukan penggerebekan aktivitas pencurian minyak mentah.
Informasi yang berhasil ditelusuri Tribun, praktik pencurian minyak mentah terjadi di PT Montd'or. Pencurian itu pernah terkuak pada 2010 yang lalu. Namun, lantaran tidak adanya penyelesaian kasus, praktik itu hingga kini masih berlangsung.
Hendra, mantan satpam PT Montd'or memberikan pengakuan kepada Tribun, terkait dugaan pencurian minyak mentah, Senin (26/11/2012) di Jambi.
Ia mengakui bahwa praktik pencurian minyak mentah itu melibatkan kalangan internal perusahaan, mulai dari sopir, petugas pengukur minyak, security, operator dan supervisor. Bahkan aktivitas ilegal ini, menurut Hendra juga diketahui oleh pimpinan perusahaan di Jambi.
"Kuat dugaan mereka juga menikmati hasilnya," kata Hendra.
Hendra sendiri mengaku dipecat sebagai security PT Montd' or lantaran tidak mau diajak kerjasama dalam praktik ilegal itu. Dan pada 2010 lalu, ia juga membongkar praktik serupa, namun penyelesaian kasusnya tidak tuntas.
"Saya dipecat tanpa alasan yang jelas, padahal saya sudah bekerja lama di sana, dan saya juga yang membongkar kasus itu pada 2010. Waktu itu yang diproses dan kemudian dipecat hanya petugas di Tempino, sedangkan yang di Mengupeh tidak diproses. Saya dipecat ketika saya kembali menemui kasus serupa beberapa bulan yang lalu," katanya.
Modus pencurian minyak mentah ini terbilang baru. Informasi modus yang dibeberkan Hendra, juga diakui oleh seorang sopir truk tangki yang tak mau disebutkan namanya kepada Tribun.
Setiap hari sekitar 25 truk berkapasitas 15 ribu liter, mengangkut minyak mentah dari Mengupeh, Tebo ke tempat penampungan di
Tempino, Muaro Jambi.
Di Tempino, minyak dari truk dipindahkan ke tangki penampungan. Di sinilah proses pencurian dimulai. Jika seharusnya minyak yang disalin ke tangki setinggi 160 cm, maka yang dicatat 158 cm, sehingga saat minyak di tangki penampung dijual, akan menyisakan 2 cm di dalam tangki.
"Biasanya setelah tiga kali menyisakan minyak di tangki penampungan, maka pada pengiriman truk berikutnya, akan ada satu truk yang "membuang" setengah isi tangki," ungkap Hendra.
Seorang sopir truk tangki yang bekerja di PT Montd'or mengakuinya. "Tidak semua sopir mau seperti itu, tapi semua sopir sudah tahu, dan ini rahasia umum di sana," kata sopir yang menolak menyebutkan nama kepada Tribun baru-baru ini.
Aksi pencurian masih berlanjut. Masih penuturan Hendra, setelah minya mentah kental berwarna hitam itu sampai di tangki penampungan di Tempino, selanjutnya akan ada pengiriman minyak mentah ringan ke Mengupeh.
"Nah, minyak yang dikirim ke Mengupeh itu namanya minyak berat. Dan untuk memancing minyak berat keluar saat dipompa membutuhkan minyak ringan, makanya ada pengiriman rutin dari Tempino ke Mengupeh. Di sini ada kongkalikong antara petugas di Tempino dan Mengupeh, kalau dikirim enam truk tangki, yang dilaporkan hanya lima, yang satu tangkinya kencing di jalan," kata Hendra.
Berdasarkan data yang diterima Tribun, aktivitas pencurian minyak mentah juga berlangsung di jalur sumur lokasi minyak menuju tangki penampungan di Mengupeh. Setiap pengiriman empat atau lima truk tangki berkapasitas 15 ribu liter, maka satu truk tidak akan sampai ke sentral penampungan.
Jatah sopir lebih besar
Angka cukup fantastis yang didapat dari aksi pencurian minyak mentah di kilang sendiri, yang dilakukan sejumlah karyawan PT Montd'or yang berkomplot. Dengan tiga modus pencurian, dalam satu tahun, miliaran rupiah uang perusahaan menguap.
Menurut keterangan Hendra, mantan security di perusahaan milik Prancis itu, operasi pencurian di tanki penampungan di Tempino dilakukan pada malam hari.
"Biasanya pada pukul 12 malam, ketika semua truk sudah bongkar muatan, baru tangki penampung diukur. Ketika alat ukur menunjukkan angka 168 cm, maka yang dilaporkan 166 cm. Setelah pengurangan mencapai 6 cm, baru truk tangki berikutnya kencing di perjalanan," ucapnya.
Diketahui, ukuran 1 cm pada tangki penampungan setara dengan 7,23 barel. Pada tangki yang lebih besar, 1 cm bisa setara dengan 27 barel minyak mentah.
"Dalam satu operasi penjualan, sopir mendapatkan jatah paling banyak, dan sisanya dibagi-bagikan untuk yang lain. Misalnya saja, satu kali operasi didapat uang Rp 5 juta, maka jatah sopir Rp 1,5 juta. Sisanya untuk operator, tukang ukur, security dan supervisor," kata Hendra.
Katanya, sopir secara bergiliran mendapatkan jatah sebagai eksekutor penjualan minyak pada penampung. Makanya, karena berisiko paling tinggi, jatah sopir lebih banyak.
"Namun tetap saja yang paling banyak dapat yang empat orang itu, karena ia terima setiap kali operasi. Sedangkan 1 sopir paling dapat sebulan dua atau tiga kali. Dan tidak semua sopir mau berbuat seperti itu," kata Hendra.
Kendati demikian, aktivitas pencurian minyak itu sudah menjadi rahasia umum di lingkungan perusahaan itu.
Hanya kasus kecil
Sayangnya, saat Tribun mencoba mengonfirmasi hal ini ke perusahaan Montd'or tak seorangpun yang mau berkomentar banyak.
Staf perusahaan Montd'or oil Tungkal Limited yang ditemui di kantornya di Shang Ratu Hotel Jambi di Kamar 209, Rabu (28/11) pukul 14.00 enggan berkomentar terkait dengan terkait dengan adanya kasus pencurian minyak pada 2010 lalu.
"Kalau masalah itu kami tidak tahu. Mungkin bisa ditanyakan langsung pada atasan. Tapi saat ini atasan kami tidak ada di sini. Dan dia selalu di lapangan. Mungkin bisa dihubungi lewat telepon," kata staf yang enggan menyebutkan namanya.
Tak lama kemudian, Tribun mencoba untuk menghubungi Field Operation Superitendent (FOS) PT. Montd'or Poedio melalui ponselnya tidak ada jawaban. Berulangkali menghubunginya dan mengirimkan pesan singkat (SMS) juga tidak ada respon.
Akhirnya Tribun berhasil menghubungi seorang unsur pimpinan PT. Montd'or Bambang Erwanto. Bambang mengatakan tidak bisa banyak bicara. Ia meminta untuk menghubungi humas perusahaan guna mengkonfirmasi hal tersebut.
"Ada humas. Saya hanya orang lapangan. Silakan hubungi humas saja," ujar Bambang yang dikonfirmasi per telepon, Kamis (29/11/2012) sore.
Bambang mengatakan tidak mengetahui pencurian tersebut. Namun ia mempertanyakan kebenaran informasi yang berhembus dari mantan security perusahaan tersebut.
Dikatakannya, jika memang benar adanya, kenapa pihak yang mengetahui pencurian itu tidak melapor kepada polisi.
"Tapi tentunya dengan bukti. Bukan dugaan saja. Kalau dugaan kan tidak bisa dipertanggung jawabkan," ujar Bambang lagi.
Ia juga menyentil hal tersebut sebagai hal 'kecil'. Ia mengatakan, ada banyak kasus besar di industri perminyakan. Di antaranya adalah pencurian besar-besaran yang sudah berlangsung lama di Bayung Lencir, Sumatera Selatan.
"Kenapa tidak urus kasus besar di Bayung Lencir itu. nilai kerugiannya sangat besar. Miliar rupiah," ujarnya mengakhiri pembicaraan. (lis/men/zak)
Baca Juga :