Kelangkaan Solar Berdampak Bagi Pelaku Usaha Kecil
Kelangkaan bahan bakar solar bersubsidi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum(SPBU) di Gunungkidul berdampak terhadap pelaku usaha kecil.
Editor:
Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM GUNUNGKIDUL, Kelangkaan bahan bakar solar bersubsidi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum(SPBU) di Gunungkidul berdampak terhadap pelaku usaha kecil. Akibat kesulitan mendapatkan solar ini, sebagian pelaku usaha yang menggantungkan bahan bakar solar memilih untuk berhenti beroperasi.
Salah seorang pengusaha penggilingan padi di Dusun Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Rubiman(60) mengaku usahanya sudah tidak beroperasi lagi sejak tiga hari terakhir. Dirinya kesulitan untuk mendapatkan solar bersubsidi.
"Sudah tiga hari ini sudah beroperasi. Solar bersubsidi sulit dicari, saya sudah pergi ke beberapa SPBU, tapi tidak mendapatkan solar karena habis semua,"katanya saat ditemui di tempat usahanya, Rabu(27/3/2013).
Menurutnya, sejak tidak beroperasi, warga yang hendak menggilingkan banyak yang kecele. Sebagian besar para warga memilih untuk menitipkan gabah di penggilingan sambil menunggu solar mudah didapatkan. Dirinya sendiri tidak tahu sampai kapan usahanya akan berhenti karena sampai saat ini solar masih sulit untuk didapatkan.
Selain itu, akibat dari kelangkaan solar bersubsidi, dua karyawan yang bertugas menggiling padi terpaksa diliburkan. "Sementara itu mereka(karyawan) libur. Ga tahu sampai kapan,"ujarnya.
Dia menuturkan, setiap hari biasanya dua mesin diesel penggilingan padinya menghabiskan solar sebanyak 10 liter. Namun saat ini untuk mendapatkan solar bersubsidi sangat sulit, hampir seluruh SPBU di Gunungkidul kehabisan stok solar.
Rubiman berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan supaya para pelaku usaha kecil seperti dirinya bisa menjalankan usaha. Jika tidak segera ditindaklanjuti, dikhawatirkan para pelaku usaha kecil yang menggunakan solar bersubsidi bisa gulung tikar.
"Saya berharap pemerintah segera mengambil kebijakan supaya para pelaku usaha kecil tetap bisa bekerja,"ujarnya.
Selain Rubiman, kelangkaan solar bersubsidi ini juga dirasakan oleh Suratman(38) warga Bejiharjo. Usaha penyewaan traktor miliknya tidak beroperasi karena tidak ada solar. "Saya mau cari solar eceran ke warung juga tidak ada. Di SPBU juga kosong,"ucapnya.
Sementara itu pantauan Tribun Jogja di sejumlah SPBU, hampir semua stasiun pengisian mengalami kekosongan stok solar. Hampir di semua SPBU terpampang pengumuman stok solar bersubsidi habis.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian,Perdagangan, Koperasi dan ESDM Gunungkidul, Siwi Iriyanti mengatakan pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak terhadap kelangkaan solar bersubsidi. Pemerintah hanya bisa melakukan pemantauan dan melaporkannya kepada pihak Pertamina.
"Kita tidak bisa berbuat banyak. Yang bisa kita lakukan hanya memantau dan melaporkan ke Pertamina,"katanya.
Ia menjelaskan, kuota solar bersubsidi untuk kabupaten Gunungkidul sudah ditetapkan oleh pusat. Tahun 2013 ini kuota solar bersubsidi untuk Gunungkidul mencapai 16.759,473 kiloliter. Jatah tersebut haru bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan solar selama satu tahun.(Has)
Baca Juga :
- Harga Cabai Rawit di Yogyakarta Tembus Rp 45 Ribu per Kg 13 menit lalu
- April, Petani Maros Gratis Traktor dan Pompa Air 23 menit lalu
- Akses Jalan di Krayan Terbentur Hutan Lindung 30 menit lalu