Minggu, 21 September 2025

Kenaikan Harga BBM

Tugas Daeng Baco Menanggung Beban Negara Semakin Berat

Pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM), karena subsidi dinilai hanya dinikmati orang kaya.

Penulis: Dahlan Dahi
TRIBUNNEWS.COM/DAHLAN DAHI
Argometer Taksi Bosowa yang dikemudikan Daeng Baco 

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM), karena subsidi dinilai hanya dinikmati orang kaya.

Daeng Baco, sebutlah namanya begitu, bukanlah orang kaya. Lebih dari 10 tahun pak tua ini bekerja sebagai sopir Taksi Bosowa.

Daeng Baco ikut antrean di SPBU di Makassar, Jumat (21/6/2013) malam, sebelum pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM jenis premium dan solar.

Daeng Baco girang karena bisa mengisi penuh tangki mobil Vios, taksi yang dibawanya seharian penuh. Setiap hari Daeng Baco dan ribuan sopir Taksi Bosowa mengisi 35 liter premium.

Harga bensin kini sudah naik dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500. Artinya, setiap hari sopir harus menanggung subsidi BBM, yang tadinya jadi beban pemerintah, sebesar Rp 75 ribu.

Jelas sekali maknanya bagi sopir seperti Daeng Baco. Kenaikan harga BBM sama dengan pengurangan jumlah uang yang mereka bawa pulang ke rumah, setelah bekerja nyaris 24 jam.

Begini gambarannya. Sebagai sopir taksi yang mangkal di Bandara Hasanuddin, Daeng Baco biasa membawa pulang uang Rp 300 ribu bersih, setelah dipotong setoran ke kantor dan tangki bensin diisi penuh (35 liter).

Mulai hari ini, sopir seperti Daeng Baco harus mengikhlaskan penghasilan yang Rp 300 ribu, dimakan subsidi pemerintah Rp 75 ribu, dan kini menjadi bebannya sebagai sopir.

"Berat juga, tapi mau mi diapa," katanya dalam logat Makassar.

Taksi tidak bisa segera menaikkan tarif, karena harus menunggu usulan Organda dan tanda tangan gubernur. Ia menduga, tarif buka pintu akan naik Rp 500 menjadi Rp 5.500.

Kapan? Belum pasti. Rapat demi rapat masih harus digelar. Yang sudah pasti, Daeng Baco bukan orang kaya, dia hanyalah sopir taksi.

Daeng Baco bukan juga pemerintah, yang harus menanggung beban subsidi BBM di APBN. Para anggota DPR, yang menggelar rapat sambil tertawa-tawa, sudah mengetuk palu menyetujui kenaikan harga BBM.

Keputusan DPR berdampak pada pengurangan anggaran negara untuk subsidi. Negara jadi lebih enteng, tapi beban itu kini dipikul ramai-ramai, termasuk oleh sopir taksi seperti Daeng Baco.

Dan, Daeng Baco bukan pemerintah, bukan negara, bukan orang kaya. Ia cuma sopir taksi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan