Tiga Siswa SMP di Lereng Merapi Ciptakan Alat Pengupas Durian
tiga siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sawangan, Kabupaten Magelang menciptakan alat pengupas durian hidrolis.
Editor:
Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Bermula dari kepedulian melihat banyak orang kesusahan dan terluka saat mengupas kulit buah durian, tiga siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sawangan, Kabupaten Magelang menciptakan alat pengupas durian hidrolis.
Alat yang dibuat siswa di kaki gunung Merapi itu ditujukan untuk mempermudah orang mengupas durian, hemat waktu, dan tidak membuat tangan terluka.
Senyum mengembang tatkala tiga siswa kelas IX SMP 1 Sawangan itu menunjukkan karya teknologi mereka.
Alat yang sekilas mirip dengan alat press ban yang sering digunakan tukang tambal ban itu, ternyata bisa membuat orang tidak capek lagi mengupas buah durian.
Cara kerja alat ini adalah dengan meletakkan buah durian diletakkan di dudukan yang dibuat dari plat besi. Kemudian, buah itu diangkat dengan dongkrak mobil ke atas.
Dari bagian atas, terdapat alat untuk mengepres yang dilengkapi dengan mata pisau yang dibuat dari plat besi. Setelah buat durian itu dipres dengan mata pisau, tuas mata pisau diputar dan kulit durian terbuka dengan mudah.
Remaja kelahiran 2 Februari 1999 ini menjelaskan, efisiensi penggunaan alat ini mencapai 80 persen.
"Jika dibuka secara manual dengan pisau membutuhkan waktu 123 detik. Tetapi jika menggunakan alat ini hanya 23 detik. Sangat cepat, mudah, tidak melukai tangan," tuturnya kepada Tribun Jogja, kemarin.
Ide pembuatan alat teknologi sederhana ini berawal dari pemikiran Muhammad Wildan Mizana yang tergerak saat melihat banyak orang kesusahan dalam membuka kulit durian yang berduri itu. Ada sebagian orang menggunakan pisau, ada yang diinjak dengan kaki, dan sebagainya.
Padahal, buah durian di wilayah desa tempat Wildan tinggal, yakni Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, merupakan buah favorit.
"Namun, mereka mengeluh untuk membuka buah itu. Kadang ada yang terluka karena kulitnya yang berduri. Dari situlah muncul ide untuk membuat alat ini," kata Wildan.
Wildan yang gemar dengan pelajaran Fisika dan Biologi ini, kemudian mulai merancang alat sederhana ini saat musim durian tahun 2013 lalu.
Dia tak segan-segan membaca banyak buku teknologi dan berkonsultasi dengan gurunya di kegiatan Karya Ilmiah Remaja (KIR).
Hobinya menggambar dimanfaatkannya untuk merancang alat tersebut. Bahkan, dia merancang alat itu dengan desain gambar selama tiga hari. Selain berkonsultasi dengan guru, dia juga membawa gambar desain itu kepada tukang las di dekat rumahnya.
"Saya juga konsultasi sama tukang las namanya pak Muh warga Bendan, Desa Margowangsan. Pak Muh mulai mengerjakan rancangan saya ini," ungkap siswa kelas IX ini.