Razia Titik Nol
Pemkot Yogja Akui Razia PKL Titik Nol Kilometer Kerap Bocor
"Hanya saja untuk pelaksanaannya tidak akan kami beritahu, modelnya 'kucing-kucingan' biar PKL jangan sampai tahu dulu," ujar Nurwidihartana
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Menjelang akhir tahun, Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta akan terus melakukan operasi penertiban di kawasan Titik Nol Kilometer.
Upaya ini dilakukan untuk memastikan kawasan tersebut bebas dari Pedagang Kaki Lima (PKL).
"Hanya saja untuk pelaksanaannya tidak akan kami beritahu, modelnya 'kucing-kucingan' biar PKL jangan sampai tahu dulu," ujar Nurwidihartana, Kepala Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta, kepada Tribun Jogja, Minggu (30/11/2014).
Sebetulnya, lanjut Nurwidi, operasi penertiban PKL di kawasan Titik Nol sudah rutin dilakukan.
Namun sering 'bocor' sehingga saat dilakukan razia PKL hanya terjaring sekitar 5-10 PKL saja.
Biasanya PKL yang terazia itu dikenakan sanksi tindakan pidana ringan (tipiring).
"Pedagang masih terus membandel dan berjualan di kawasan yang dilarang itu," ujarnya.
Menurut Nurwidi, fokus utama dari operasi penertiban di Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pengunjung agar tidak terganggu oleh keberadaan PKL. Apalagi menjelang liburan Natal dan Tahun Baru, biasanya kawasan ini selalu dibanjiri wisatawan domestik.
Padahal sudah jelas, di kawasan tersebut terdapat larangan untuk berjualan dan hal itu sudah diatur dalam Perda 26 tahun 2002 dan Perwal 45 tahun 2007.
Terutama untuk kawasan di sepan Benteng Vredeburg, dan depan Gedung Agung.
"Para pedagang menempati area pedestrian, yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki," ujarnya.
Menurutnya, jika PKL tetap membandel berjualan di kawasan itu maka pihaknya akan mencoba pola baru dalam operasi penertiban.
Menurutnya perubahan pola ini sudah digodok dan akan mulai dicoba Desember ini.