Pengemis di Palembang
Mengemis Bawa Anak, Banyak Yang Kasih Sedekah
Meski cukup mudah ditemui, para pengemis di Palembang sangat sulit diajak berkomunikasi
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG -- Meski cukup mudah ditemui, para pengemis di Palembang sangat sulit diajak berkomunikasi. Mereka cenderung tertutup dengan orang tak dikenal, apa lagi banyak bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan rutinitas mereka.
Beruntung Sripo bertemu dengan WN, salah seorang pengemis yang biasa beroperasi di sekitar lampu merah Simpang Charitas.
Saat itu dia tengah duduk di kaki lima persis di seberang Rumah Makan Pagi Sore. Mengenakan baju coklat agak lusuh, dipadu celana hijau selutut. Sambil menggendong anaknya yang lelap tertidur, WN menyandarkan punggungnya ke pintu ruko di belakangnya.
Tidak jauh dari tempat ia duduk nampak semacam kantung plastik yang biasa digunakannya untuk menampung receh pemberian orang yang iba kepadanya.
WN mengaku sudah tujuh tahun mengemis di sana. Awalnya hanya seorang diri, namun dua tahun terakhir ia bersama seorang anak yang usianya tidak lebih dari dua tahun.
"Sebenarnya tidak tega, tapi daripada ditinggal sendirian di rumah, mendingan diajak saja," katanya.
WN tidak mau menyebutkan dari mana dia berasal. "Nggak penting," katanya.
Ia mengatakan, pada dasarnya tidak mudah mengajak anak, apalagi yang masih bayi mengemis di jalan. Ada kalanya ia rewel dan menangis. Namun ternyata, keberadaan bayi dalam gendongannya dirasa sangat membantu meringankan pekerjaannya.
"Yang suka ngasih itu karena melihat bayi saya. Ada yang kasihan ya ngasih. Tapi banyak juga yang nggak," ujarnya.
Menurut pengakuannya, awalnya ia sering kesal dan memarahi anaknya yang tiba-tiba menangis saat meminta-minta. Namun belakangan tidak lagi, karena ada cara jitu untuk mengatasinya.(mg2/cw6)