Rabu, 10 September 2025

Nyepi di Bali

Uniknya Tradisi Perang Api di Banjar Nagi

Cahaya matahari mulai redup, Jumat (20/3/2015) sekitar pukul 18.30 Wita di Banjar/Desa Pakraman Nagi, Ubud, Gianyar mulai menunjukkan berkumpul warga

Editor: Sugiyarto
TRIBUN BALI/RIZAL FANANY
Pemuda Sekaa Teruna Teruni (STT) Mekarjaya Banjar Nagi saling lempar Kulit kelapa yang dibakar di depan Banjar Nagi, Ubud, Gianyar, Jumat (20/3/2015). Ritual Perang api dilaksanakan STT Mekarya jelang pengerupukan atau sehari sebelum Nyepi. TRIBUN BALI/RIZAL FANANY 

TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Cahaya matahari mulai redup, Jumat (20/3/2015) sekitar pukul 18.30 Wita di Banjar/Desa Pakraman Nagi, Ubud, Gianyar mulai menunjukkan berkumpulnya warga.

Di depan bale banjar, sekitar 175 orang laki-laki tanpa baju, menggunakan udeng, kamen dan saput kotak-kotak duduk melingkari batok kelapa yang dibakar.

Sambil menunggu api berkobar, mereka mengisinya dengan acara melantunkan tembang gegenjekan (lagu tradisional Bali).

Ada yang menyanyi, ada pula yang menari. Membuat suasana Bali tempoe doeloe sangat terasa di sana.

"Ainggih rarisin tradisi sabatan apine (silahkan laksanakan tradisi perang apinya)," ujar Jro Bendesa Desa Pakraman Nagi, I Ketut Marka melalui alat pengeras suara saat api di batok kelapa sudah membara.

Mendapat aba-aba, warga yang terdiri dari pemuda yang sebelumnya duduk melingkari api bangun dari duduknya sambil meloncat ke dalam kobaran api.

Sementara itu, Gambelan baleganjur bertempo batel (kencang) dimainkan dalam acara yang digelar setahun sekali itu. Baca berita selengkapnya diedisi cetak Tribun Bali.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan