Minggu, 24 Agustus 2025

Polemik Sabda Raja

Suasana di Dalam Keraton Tenang dan Tenteram

Sabdaraja dan suksesi kepemimpinan di Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, tidak memengaruhi kesetiaan para abdi dalem

Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNJOGJA.COM/Hasan Sakri Ghozali
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mendapat sembah bekti dari puteri pertamanya GKR Pembayun saat acara Ngabekten Puteri di tratag Bangsal Proboyekso, Keraton Yogyakarta, Senin (20/08/2012). 

TRIBUNNEWS.COM.YOGYA – Prokontra mengenai Sabdaraja dan suksesi kepemimpinan di Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, tidak memengaruhi kesetiaan para abdi dalem. Mereka yang bertugas di dalam maupun luar keraton, masih beraktivitas seperti biasa.

Hal itu dikatakan Penghageng Tepas Tandha Yekti (pusat data dan informasi Keraton Kasultanan Yogyakarta) KRT Yudha Hadiningrat, yang ditunjuk sebagai juru bicara Keraton.

"Abdi dalem pasti tidak terpengruh. Masalahnya abdi dalem kan bagaimana dan apa Dawuh Dalem (Sultan), misalnya kemarin ada Sabdaraja maupn Dawuh Raja, semuanya juga hadir," katanya pada Tribun Jogja, Minggu (10/5/2015).

Ia mengatakan, situasi di dalam Keraton masih tenang dan tenteram seolah tidak ada masalah. Dirinya yang setiap hari berkantor di Tandha Yekti Keraton Kasultanan, mengetahui dan melihat apa saja yang terjadi di dalam Keraton.

Sebelumnya, pada Kamis (7/5) , seorang abdi dalem mengembalikan kekancingan atau surat keputusan pengukuhan sebagai abdi dalem di Dalem Yudanegaran, sebagai bentuk protes dikeluarkannya Sabdaraja.

Abdi dalem tersebut bernama asli Kardi, diangkat sebagai abdi dalem keprajan dengan gelar Mas Wedana Nitikartya sejak dirinya menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Yogyakarta, pada 31 Agustus 2011.

Surat Kekancingan itu diserahkan langsung kepada adik Sultan, GBPH Cakraningrat di hadapan awak media yang juga disaksikan oleh GBPH Prabukusumo.

Pengageng Tepas Dwarapura Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Humas Keraton Kasultanan Ngayogyakarta), KRT H Jatiningrat SH atau Romo Tirun saat ditemui di ruang kerjanya mengungkapkan, para abdi dalem tidak terpengaruh dengan situasi saat ini.

Menurutnya, para abdi dalem memiliki tekad untuk mengabdi pada budaya, sebab seorang abdi dalem adalah penjaga budaya yang pempertahankan institusi Keraton. Sehingga siapapun Rajanya yang menduduki tahta, tidak berpengaruh.

“Kita yang penting lembaganya, sebab ini adalah tinggalan leluhur. Soal ada perbedaan, silakan saja, risikonya ditanggung sendiri-sendiri. Abdi dalem tidak terpengaruh,” kata cucu HB VIII ini.

Namun demikian, jika ternyata adanya polemik ini memengaruhi kesetiaan abdi dalem, baik yang setiap hari berdinas di keraton maupun di luar, sebaiknya menengok kembali pada institusi Keraton.

Jangan sampai ketenangan abdi dalem terganggu, sebab abdi dalem pengabdiannya ke Keraton. Makanya supaya tidak bingung, kembalilah menengok (mengabdi) ke Keraton,” kata Romo Tirun.

Pakai Buwono

Adapun mengenai perubahan gelar Sultan, lanjutnya, sampai saat ini seluruh administrasi di Keraton masih menggunakan gelar yang lama. Hal itu karena belum ada perintah dari Sultan untuk mengubah gelar dalam keperluan administrasi.

“Administrasi Keraton masih memakai Buwono, karena belum ada perintah untuk mengubah. Jadi jika ada perubahan, biasanya nanti kan ada Dawuh Dalem yang menyatakan bahwa mulai sekarang ada perubahan nama, begitu,” tuturnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan