STTAL Kembangkan Kapal Tanpa Awak Berbasis Wifi, Bisa Intai Lawan Sambil Bawa Meriam
Semangat pengembangan peningkatan teknologi terus digelorakan di lingkungan TNI AL.
Editor:
Sugiyarto
Kapal tanpa awak ini diciptakan lebih dulu angkatan sebelumnya. Oleh tim yang diketuai Kapten Laut Ali Khairudin, prajurit mahasiswa S1 Teknik Elektro, kapal itu dikembangkan tahun ini.
"Kapal ini untuk operasi militer maupun nonmiliter. Bisa untuk patroli maritim," kata Ali.
Kapal yang mengadopsi teknologi dengan sitem kompetirisasi dan wifi itu dikendikan dengan remote.
Kapal itu mampu menjangkau hingga kejauhan lebih dari 40 km. Kecepatan sekitar 21 knot. Ukuran kapal ini hampir seukura sekoci.
Dengan warna hitam, kapal tanpa awak itu mampu menembus samudra dengan akselerasi maskimal.
Semula, kapal itu proyeksi awal adalah untuk patroli pengamaan. Namun kini telah dikembangkan untul operasi militer. "Bisa untuk menyapu ranjau," kata Ali.
Meski belum diujicobakan di laut lepas, namun karya anak bangsa itu sukses diujicobakan di waduk di lingkungan TNI AL di Bumimoro.
Kapal tanpa awak itu sukses menjalankan tugas dengan jarak tempuh awal 3 kilometer.
"Kami mengadopsi teknologi KRI Diponegoro yang dikenal paling canggih," tambah Ali.
Meski tanpa awal, kapal itu bisa bergerak dan menyapu lokasi sesuai tujuan dan sasaran.
Ada sistem kamera dalam pesawat itu sehingga terus terpantau.
Tidak saja keberadaan kapal, namun sasaran musuh juga mampu diketahui oleh kecanggilan teknologi intai kapal tanpa awak ini.
Di geladak kapal itu juga saat ini dikombinasikan senjata yang bisa dibawa beroprasi.
Semacam meriam juga dilengkapi di kapal ini.
Namun para pembuat kapal tanpa awak itu mengakui masih perlu penyempurnaan lebih jauh.
Terutama menyangkut waktu operasional kapal yang masih terbatas pada musim kemarau. Kalau hujan belum bisa merusak sistem karena belum diantisipasi.
Waterproof terutama belum kedap air. Selain itu masih perlu dukungan sistem satelit. Bukan wifi yang terbatas jangakuannya.
Namun semua data navigasi secara umum pada kapal tanpa awak ini sudah yang terbaik.
Diharapkan, karya anak bangsa itu terus dikembangkan demi kemandirian alutsista.