Situs Tamansari di Kalibening Diduga Berasal dari Dinasti Medhang Metriam
Situs diduga terkait kerajaan besar di abad ke-8 yang bernama Medhang Metriam atau Medhang Metriam Poh I Pitu yang berpusat di desa Adireja,Temanggung
Kedua wangsa tersebut, baik yang di timur maupun barat, lambat-laun bercampur, sehingga sampai saat ini tidak ada lagi yang benar-benar murni.
Saat memerintah, Sanjaya banyak dipengaruhi oleh falsafah dan budaya wangsa Chandra.
Maka Sanjaya membangun keraton/kedaton dari rumah kayu beratap ijuk dan tidak membangun candi melainkan pagoda kayu.
Wangsa Chandra memiliki kebiasaan melarung abu raja/bangsawan ke sungai atau laut.
Sementara raja-raja Dinasti Syailendra kental dipengaruhi budaya wangsa Surya.
Mereka membangun keraton secara permanen dari batu dan membangun candi-candi termasuk prasasti-prasati dalam bentuk ukiran batu. Abu raja/bangsawan disimpan di candi-candi.
Di sekitar candi, mereka biasanya membangun tempat pemandian bagi para peziarah sebagai bagian dari ritual pencucian diri.
"Mencermati penemuan pekan lalu maka dugaan sementara benda-benda tersebut berasal dari Medhang Metriam masa kekuasaan Dinasti Syailendra, yang mana pada masa itu kerajinan batu gencar digalakkan. Raja-raja dinasti syailendra mendirikan candi-candi," terangnya.
Ia menambahkan pada waktu itu mereka menyimpan abu raja atau bangsawan di candi tersebut.
Nah, di dekat candi juga biasa ditemukan tempat pemandian sebagai bagian dari sarana ritual keagamaan.
Sementara itu, kandang kuda mengindikasikan sarana transportasi yang digunakan sekaligus level ekonomi para peziarahnya.
Secara kebetulan, penemuan tersebut di wilayah Tamansari, Desa Kalibening, tempat pemandian bangsawan yang bening kalinya.
Binawan menjelaskan sebutan Mataram Hindu atau Mataram Kuno sebenarnya agak membingungkan.
Kata ‘mataram’ sesungguhnya kurang secara langsung menunjukkan arti tertentu dalam bahasa Jawa.
"Sementara itu, jika yang kita maksud dengan Mataram Hindu adalah kerajaan yang didirikan oleh Sanjaya, maka agama yang dianut penguasa saat itu adalah Budha, baik Budha Khanung (Sanjaya) maupun Budha Mahayana (Dinasti Syailendra)," katanya.