Selasa, 12 Agustus 2025

Berguru dari Napi Nusakambangan, Trio Pembobol Mesin ATM Kuras Rp 321 Juta di Bali

Trio pembobol mesin ATM asal Provinsi Lampung mengerang kesakitan saat timah panas polisi menembus kaki mereka.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa/Prima
Trio pembobol mesin ATM asal Provinsi Lampung, Robani (30), Kappi (30), dan Andi Wijaya (30) ditangkap polisi. TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA 

Satu ATM di Kabupaten Bangli, empat di Gianyar, dan sisanya di Denpasar.

Modus operandi ketiganya, kata Hadi, dengan cara menggunakan kartu ATM milik orang lain yang mereka beli di Lampung.

Masing-masing kartu ATM yang mereka beli itu berisi nominal uang sebanyak Rp 2,6 juta.

Baca: Jasad Slamet Fuadi Tergeletak di Perlintasan Kereta Api Kaligawe

"Modusnya memakai kartu ATM yang dibeli dengan harga Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Dia masukkan kartu ke dalam mesin ATM seperti biasa. Setelah itu mereka mengganjal salah satu bagian mesin ATM. Secara manual diganjal. Dengan cara begitu, uang yang ada di dalam rekening dia tidak akan berkurang isinya," jelas perwira asal Surabaya, Jawa Timur ini.

Dalam sekali penarikan yang waktunya tak sampai semenit, mereka berulang kali melakukan penarikan selama rentang waktu tiga hari.

Hingga di hari ketiga, total jumlah uang yang sudah berhasil mereka gasak berjumlah Rp 321 juta.

"Uang hasil kejahatannya digunakan untuk berfoya-foya. Pergi ke klub malam dan memesan wanita penghibur," katanya.

Belajar dari Nusakambangan
Modus pembobolan ATM dengan cara mengganjal salah satu bagian mesin tak mereka peroleh secara kebetulan.

Menurut pengakuan ketiganya, ilmu membobol ATM tanpa merusak paksa mesin dipelajari dari “seorang guru” berinisial W.

"Guru” mereka itu, menurut Hadi, saat ini tengah dibui di Lapas Nusakambangan, Jawa Tengah.

Eksponen komplotan ini, Robani, mengenal dan belajar ilmu tersebut dari “Sang Guru” sebelum yang bersangkutan dipenjara di Lapas Nusakambangan.

"Ini termasuk modus baru di Bali. Mereka belajar dari orang berinisial W yang sekarang sedang mendekam di Nusakambangan," kata Hadi.

Ketiganya rela jauh-jauh datang ke Bali pada tanggal 27 Januari 2017 untuk beraksi didorong beberapa hal.

Selain predikat Bali sebagai destinasi pariwisata favorit di Indonesia, cukup lemahnya sistem keamanan ATM di Bali menjadi satu di antara pertimbangan ketiganya memutuskan beraksi di Bali.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan