Kamis, 21 Agustus 2025

Uniknya Garam dari Desa Jono Grobogan, Bahan Bakunya Air Sumur di Area Persawahan

Proses produksi garam di desa Jono cukup unik karena bahan bakunya menggunakan air dari sumur di area persawahan.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Jateng/M Nur Huda
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo didampingi Bupati Grobogan Sri Sumarni saat meninjau lokasi ditemukannya fosil stegodon atau gajah purba di Banjarejo, Gabus, Grobogan, Rabu (2/8/2017). TRIBUN JATENG/M NUR HUDA 

TRIBUNNEWS.COM, GROBOGAN - Sejumlah petani garam di Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan curhat pada Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Rabu (2/8/2017).

Proses produksi garam di desa ini cukup unik karena bahan bakunya menggunakan air dari sumur di area persawahan.

Kepada Ganjar, mereka mengeluhkan belum bisa maksimalnya produksi yang dihasilkan. Selain itu, mereka mengatakan jika generasi muda yang tertarik untuk memproduksi garam semakin sedikit.

Ketua kelompok petani garam Tirta Manunggal, Suhardi mengatakan, di area sekitar 3 hektare, terdapat potensi pengembangan produksi garam.

Pada tahun 1970-an, jumlah petani garam mencapai ratusan, kini tersisa hanya sekitar 50 an.

Persoalan utamanya adalah regulasi pemerintah terkait garam beryodium. Sumur yang dahulu berjumlah puluhan, kini tersisa enam sumur, itupun mengalami pendangkalan yang semula sedalam 25 meter menjadi 15 meter.

Baca: Sketsa Wajah dari Kapolri Mirip Pria Misterius yang Datangi Rumah Novel Sebelum Diserang

"Jika soal harga memang lebih baik, per kilogram Rp 7.000," katanya.

Ketika bertemu Ganjar, Suhadi meminta agar pemerintah membantu memberi modal untuk membeli peralatan produksi, semisal bambu.

Selain itu, ia juga minta agar sumur diperdalam, pembuatan jembatan, serta dibantu dalam hal pemasaran.

"Selama ini sebenarnya garam Jono sudah terkenal, pelanggannya banyak dari luar kota, misalnya Kudus, Blora, Wonogiri, Pati, Solo dan lainnya," katanya.

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo menyarankan agar petani garam di Desa Jono mengajukan pinjaman ke Bank Jateng.

Menurutnya, ada program pinjaman tanpa agunan dengan bunga sangat kecil. Sebab jika tak dibantu dana, dikhawatirkan petani tidak mau kerja keras karena tak memiliki tanggungan.

Ganjar juga menyayangkan generasi muda di Desa Jono yang tak berminat menjadi petani garam. Padahal, Garam Jono sudah terkenal. Terlebih jika harga garam sedang tinggi seperti sekarang ini.

"Sebenarnya petani garam sekarang sedang ketawa ngakak. Sebab garam laut yang dulu Rp 200-300 sejak beberapa bulan ini menjadi Rp 10 ribu per kilogram. Garam Jono yang punya khas dan potenai produksi sangat tinggi, bisa dikembangkan," jelas dia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan