Kamis, 28 Agustus 2025

Penjual PCC yang Bikin Puluhan Pelajar Kejang-kejang Ternyata IRT dan Apoteker

Sebanyak 50 orang di Kendari, Sulawesi Tenggara menjadi korban usai mengkonsumsi obat jenis Paracetamol Cafein Carisoprodol (PCC).

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 50 orang di Kendari, Sulawesi Tenggara, enam di antaranya adalah perempuan dewasa menjadi korban usai mengkonsumsi obat jenis Paracetamol Cafein Carisoprodol (PCC). Bahkan ada satu orang pelajar tewas akibat menenggak pil PCC.

Badan Narkotika Nasional (BNN) menjelaskan pil PCC yang dikonsumsi puluhan murid Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut bukan narkoba jenis flakka.

"Dan juga sebagian di antaranya digunakan untuk obat sakit jantung," ujar Deputi Pemberantasan Narkotika BNN, Inspektur Jenderal Arman Depari.

PCC kata Arman tidak bebas diperjualbelikan. Harus dengan izin dan resep dokter.

Menjadi masalah ketika dijual secara bebas di Kendari, hingga membuat 50 orang sebagian besar adalah pelajar mengalami kejang-kejang, dan satu orang meninggal dunia.

"Tapi ternyata ini beredar secara bebas, bahkan dijual kepada anak-anak sekolah dengan harga 20 butir Rp 25 ribu," ujar Arman.

Baca: Zulkifli yang Ditembak Mati Polisi Ternyata Pelaku Utama Pembunuhan Pasutri Pengusaha Garmen

Arman menerangkan, pil PCC bukan salah satu jenis narkotika dan obat-obatan. BNN membantah, bahwa PCC termasuk dalam narkoba jenis Flakka.

"Flakka sendiri itu sangat berbeda dengan kandungan zat atau obat-obat yang dikonsumsi yang terkandung di dalam obat atau pil PCC yang digunakan oleh anak sekolah di Kendari," ujar Arman.

PCC, jika dikonsumsi secara berlebihan dapat membuat orang kejang-kejang, mual-mual, dan seluruh badan terasa sakit.

Namun, pengkonsumsian PCC sendiri untuk menghilangkan rasa sakit, dan sebagai obat jantung.

"Nah kalau dilihat dari kegunaannya bisa kita simpulkan bahwa ini, adalah obat keras. Obat yang tidak boleh bebas beredar," ujar Arman.

Pelaku Berhasil Diamankan
Badan Narkotika Nasional (BNN) kata Arman berhasil mengamankan satu orang terduga pelaku, seorang ibu rumah tangga (IRT) dengan inisial ST (39).

"Satu sudah diamankan. Ini sedang dalam pengembangan," ujar Arman.

Arman mengatakan, status ST masih terperiksa, dan belum ditetapkan sebagai tersangka. Akan dilakukan pemeriksaan 1x24 jam terlebih dulu untuk menetapkan status yang bersangkutan.

"Itu yang menjual. Tapi akan kita dalami lebih jauh lagi," ujar Arman.

Baca: Kisah Wartawati Jepang Dimata-matai Pasukan ISIS di Mosul Lewat Drone

ST diduga menjual pil PCC kepada anak-anak sekolah. Tidak hanya satu, melainkan beberapa sekolah di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara.

Saat ini, penyidik masih mendalami modus ST menjual PCC ke puluhan murid, hingga menyebabkan 53 diantaranya kejang-kejang, dan harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit.

"Ini kita dalami. Karena sementara para korban ini masih di rumah sakit. Dan satu di antaranya meninggal. Yang jelas asal mereka berbeda-beda, ini berarti ada di beberapa tempat kejadian," ujar Arman.

Sementara itu selain mengamankan seorang ibu rumah tangga polisi juga mengamankan dua orang apoteker dan asisten apoteker.

Barang bukti dari tersangka itu yaitu 720 butir dan 923 butir yang dibuang di belakang rumah, 988 butir di dalam lemari baju plastik, uang sebesar Rp 735.000, plastik klip sebanyak 2.800 pcs dan 8 buah toples putih bekas tempat obat warna putih.

"Total keseluruhan obat pil tersebut 2.631 butir," ujar Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Rikwanto.

Kejadian Luar Biasa
Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara dan Polda Sulawesi Tenggara, membentuk tim khusus.

Tim itu bertugas mengusut pelaku pengedar obat yang menyebabkan puluhan remaja hilang kesadaran dan mengamuk.

Kasus itu juga telah naik statusnya sebagai kejadian luar biasa.

Kepala BNN Kota Kendari, Murniati mengatakan dari beberapa pasien yang dirawat di beberapa rumah, ada di antaranya memiliki kesamaan ciri-ciri fisik berupa luka di bagian tubuhnya.

Di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, kata Murni, ada tiga anak yang tidak sadarkan diri dan penuh luka di tubuhnya.

"Mirip-mirip flakka yang mereka konsumsi, di-mixed barang baru. Sudah disebarkan dan ini barang baru dua hari masuk dan mereka racik sendiri, bukan pabrik yang resmi, abal-abal. Informasi yang kami dapat anak SMP 17 cairan itu dicampur dalam minum ale-ale, sampai sekarang masih mabuk," ucap Murni.

Saat ini, pihak BNN Provinsi Sultra bersama petugas kepolisian tengah melakukan pengembangan kasus untuk penyelidikan lebih lanjut.

Sebab, ada korban yang menyebutkan sejumlah nama yang diduga kuat sebagai penyalur atau pengedar dari jenis obat yang mereka konsumsi.

Untuk itu, Murni mengimbau kepada masyarakat khususnya orangtua yang memiliki anak usia remaja dan anak-anak agar berhati-hati agar tidak menerima pemberian barang yang mencurigakan dari orang yang tak dikenal ataupun yang dikenal.

Butuh Banyak Kantong Mayat
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso, ingin melibatkan TNI untuk memberantas peredaran narkoba di Indonesia.

Buwas menerangkan, sudah ada dua anggota TNI yang menjabat Kepala BNN tingkat Kota, yakni Letkol CPM Ivan Eka Satya sebagai Kepala BNN Kota Cimahi, dan Letkol Laut CPM Agus Musrichin sebagai Kepala BNN Kota Malang.

"Dua Kepala BNNK berasal dari anggota TNI aktif," ujar Buwas.

Ia berencana berkoordinasi dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, untuk meminta bantuan personel TNI lebih banyak lagi untuk memberantas narkoba.

"Soal berapa itu rahasia saya. Kalau kasih tahu, nanti bandar sudah ancang-ancang. Bisa saja koordinasi dengan Panglima TNI," kata Buwas.

Buwas ingin memberi kejutan kepada bandar narkoba. Ia akan menggelar operasi serentak di seluruh wilayah Indonesia.

Namun, dia enggan merinci detail, karena ditakuti bandar narkoba lebih mengantisipasi lebih dahulu.

"Jumlahnya kalau seluruh Indonesia, kalau serentak, yang pasti perlu kantong mayat yang banyak. Kita lihat saja nanti, tidak satu-satu. Saya maunya bikin kejutan, kita silent, laksanakan dengan data-data yang kita kasih. Dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya seperti kemerdekaan Indonesia," papar Buwas. (fah/nis/wly)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan