Ini Sosok Darmiyanto, Tukang Becak Berusia 82 Tahun yang Sering Raih Juara Lari Internasional
Darmiyanto selalu bergaya nyentrik, dengan kostum mulai dari kaos, celana dan kaos kaki hingga sepatunya yang warnanya ngejreng.
Editor:
Ferdinand Waskita
"Saya sudah dipanggil ke kantor KONI Salatiga untuk mempersiapkan lomba atletik veteran di Amerika Serikat (Selatan, red)," ujarnya.
Minim perhatian
Suami dari Pujiati ini berkisah, pertama kali menginjakkan kaki di Kota Salatiga sekiktar tahun 1960. Pria asal Boyolali ini bekerja sebagai buruh serabutan.
Kota Salatiga yang berhawa sejuk membuatnya nyaman untuk menyalurkan hobinya berlari. Maka, sejak saat itu berlari adalah aktivitas sehari-hari di sela pekerjaannya sebagai buruh serabutan.
Pada 1968, Darmiyanto muda mulai menjajal kemampuan berlarinya dengan mengikuti berbagai lomba lari di pulau Jawa.
Kelas yang biasa diikuti Darmiyanto adalah jarak menengah dan maraton. Dalam setiap lomba yang diikutinya, Darmiyanto selalu masuk ke jajaran pelari yang meraih juara.
Baca: Ini 4 Fakta Istri Diseret dan Dibacok Suaminya, Kronologi Sampai Pelaku Punya Tabiat Buruk
"Sering dapat juara 1 atau juara 2," jelasnya.
Berkat prestasinya itu, Pak Dar pernah dikirim ke Malaysia dan Singapura untuk mengikuti lomba lari. Di Singapura dia meraih juara 1 untuk jarak menengah, sedangkan di Malaysia ia menempati posisi kedua dalam lomba lari maraton.
"Seharusnya saya juara satu, tapi saya tersesat bingung, tidak ada yang menunjukkan jalan sehingga kesasar dan berbalik arah lagi. Tapi bersyukur bisa meraih juara dua," kisahnya.
Namun disayangkan, kendati berbagai prestasi dibidang olahraga atletik yang ia raih pernah mengharumkan nama Indonesia di luar negeri, namun nasib Darminto tidak berubah. Ia tidak mendapatkan perhatian pemerintah.
Dia tidak bisa mendapat pekerjaan yang layak, sehingga pada tahun 1970 Darmiyanto akhirnya memilih sebagai tukang becak. Hingga usia senjanya, Pak Dar tetap mengayuh becak untuk menafkahi keluarganya. Tempat mangkalnya berada di jalan Pemotongan dan terkadang di Jalan Jenderal Sudirman.
"Pak Dar di sini tukang becak yang paling tua. Setiap hari dari rumahnya hinga sini lari, kalau Jumat libur," kata Siswanto (51), rekan Pak Dar yang mangkal di Jalan Pemotongan.
Meski nasibnya kurang beruntung, dia tetap bersyukur. Ia merasa berkecukupan dengan hasil dari menarik becaknya. Ia hanya berdoa semoga tetap diberikan kesehatan dan kebugaran di usianya yang tak lagi muda ini.
Ia mengaku akan tetap berolahraga lari hingga akhir hayatnya. Sebab, menurutnya, dari aktivitas berlari inilah yang membuat badannya tetap sehat.
"Kalau bisa meraih juara lomba lari, bonusnya lumayan," pungkasnya.(SYAHRUL MUNIR)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Pak Dar, Kakek Tukang Becak yang Kerap Sabet Juara Lari di Ajang Internasional