Erupsi Gunung Agung
Kunjungan Wisatawan Menurun Drastis Meski Hotel di Ubud Turunkan Tarif hingga 30 Persen
Erupsi Gunung Agung yang menyebabkan kunjungan wisatawan ke Bali menurun drastis, betul-betul memukul insan dan industri pariwisata Bali.
Editor:
Dewi Agustina
Ia pun tak mengungkapkan apakah hotel-hotel di wilayah Bali lainnya juga sudah ada yang melakukan kebijakan penurunan tarif seperti di Ubud.
"Kami sangat berempati kepada seluruh saudara yang terdampak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam situasi erupsi Gunung Agung ini. Juga kepada tamu yang belum bisa datang dalam beberapa minggu ini," katanya, tadi malam.
Pihaknya mengatakan, dari sekitar 160 hotel member di bawah BHA kini memikirkan recovery plan yang terbaik untuk jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang bersama Bali Tourism Board (BTB), PHRI Bali, pemerintah, dan stakeholder lainnya.
"Kita harus berusaha pelan-pelan memikirkan bagaimana jalan ke depannya, tanpa mengurangi semangat kebersamaan dengan semua insan pariwisata di Bali baik swasta maupun pemerintah. Kemudian mencari solusi atau may out sesuatu yang positif. Semoga challenging moment ini bisa dilalui bersama dengan baik," harapnya.
Turis Privat
Sejak Gunung Agung mengalami erupsi 23 November lalu, kemudian naik status Awas (Level IV) dan disusul penutupan Bandara Internasional Gusti Ngurah Rai selama dua hari (27-28 November), kunjungan wisatawan ke Bali menurun tajam.
Tempat-tempat wisata seperti Pantai Kuta, Tanah Lot, Ubud, dan lainnya jadi sepi.
Saat ini kondisi Gunung Agung sudah tenang kembali, namun masih status Awas.
Sejumlah wisatawan pun sudah mulai berdatangan kembali namun dengan jumlah yang sangat kecil.
Kepala Dinas Pariwisata Gianyar, Anak Agung Ari Brahmanta, mengatakan sejak Gunung Agung tak lagi erupsi serta dibukanya Bandara Ngurah Rai, turis Eropa dan Amerika sudah tampak berdatangan ke Ubud.
Namun jumlahnya relatif kecil sehingga tidak mengubah persentase tingkat penurunan wisatawan ke Ubud yang mencapai 70 persen.
Selain itu, sebagian besar turis yang datang ini, kata dia, merupakan turis privat yang sudah memiliki rumah dan keluarga di Bali.
Karenanya kedatangan mereka tidak memberikan dampak terhadap pemasukan di bidang akomodasi pariwisata.
Baca: Novanto Tidak Berdaya, Berkas Perkara Satu Troli Dilimpahkan ke Pengadilan
Sebab turis-turis dalam kategori ini, gaya hidupnya sama dengan masyarakat lokal.
Jika makan malam di luar rumah, mereka cenderung memilih warung lalapan di pinggir jalan, yang harganya relatif terjangkau.