Kecelakaan Maut di Subang
Cerita Wahyu Tentang Kecelakaan Tragis Bapaknya yang Mengawali Legenda Tanjakan Emen
Bahkan ada pula yang mengaitkan segala peristiwa kecelakaan itu dengan hal yang berbau mistis.
Editor:
Ravianto
Setelah kejadian itu, tanjakan tersebut dikenal dengan Tanjakan Emen.
Lalu, versi kedua, Emen adalah seorang korban tabrak lari di tanjakan itu.
Dalam mitos menceritakan mayat Emen bukanya ditolong, malah disembunyikan di dalam rimbunan pepohonan tersebut.
Sejak saat itulah arwah Emen dipercaya menuntut balas.
Versi yang ketiga, dikisahkan bahwa dulu Emen adalah seorang sopir oplet Subang – Bandung.
Nahas bagi Emen ketika itu tahun 1964 oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar.
Banyak orang mengatakan Emen tewas di tempat kejadian dan sejak saat itu semakin sering terjadi kecelakaan di sana.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan banyak pengendara yang percaya dengan melempar koin, rokok atau menyalakan klakson maka mereka akan terhindar dari bahaya saat melewati tanjakan Emen.
Berdasarkan hasil penelusuran hingga ke keluarga Emen dapat diketahui ternyata versi yang terakhir yang mendekati kebenaran.
Wahyu, pria yang mengaku anak dari Emen membenarkan peristiwa itu.
Namun, ia menepis berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi di sana diakibatkan arwah Emen yang gentayangan.
“Lagi pula waktu itu bapak saya tidak meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” ujar Wahyu yang juga berprofesi sebagai sopir angkot di daerah Lembang.
“Waktu itu saya berusia kira-kira 8 tahun. Bapak saya memang sopir oplet Subang–Bandung, ketika itu kemungkinan remnya blong, kemudian opletnya nabrak tebing, terbalik kemudian terbakar. Seingat saya cuma 2 orang yang selamat waktu itu,” lanjutnya.
Setelah wafat di Rumah Sakit kemudian jenazah Emen dimakamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.
Di balik mitos yang berseliweran itu, kenyataannya kalau kondisi Tanjakan Emen memang rawan terjadi kecelakaan.