Sabtu, 13 September 2025

Bayinya Dirawat akibat Meningitis, Nurul dan Lenny Bingung Cari Uang Rp 250 Juta

Arian Nur Alfin hingga kini menjalani perawatan di sal Cempaka NICU RSUP Sanglah sejak November 2017 lalu.

Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Arian Nur Alfin (5 bulan) saat dirawat intensif di ruang NICU sal Cempaka RSUP Sanglah, Kamis (19/4/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Pasangan suami istri (pasutri) Nurul Wahyudi (39) dan Lenny (41) bingung mencari dana Rp 250 juta untuk kesembuhan anaknya Arian Nur Alfin (5 bulan) yang terbaring di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

Arian Nur Alfin hingga kini menjalani perawatan di sal Cempaka NICU RSUP Sanglah sejak November 2017 lalu.

Arian diagnosa menderita penyakit meningitis (infeksi selaput otak).

Tak hanya itu, hasil diagnosa dokter, kondisi organ dalam belum sepenuhnya terbentuk utuh.

"Kata dokter, saluran pernafasan anak saya terganggu, paru-parunya juga rusak. Karena itu, untuk bernafas saja, anak saya ini hingga kini dibantu dengan c-pap atau alat bantu pernafasan," ungkap ibu kandung Arian, Lenny saat ditemui Tribun Bali di depan ruangan NICU Cempaka RSUP Sanglah, Kamis (19/4/2018).

Baca: Tiga Pecalang Pukul Polisi Dihukum 4 Bulan Penjara

Arian lahir pada 16 November 2017 lalu secara prematur di saat usia kandungan genap 6 bulan.

"Setelah lahir, saya dan anak langsung dibawa ke RS lagi dan dirawat selama lima hari," kata dia.

Menurut tim medis, bayi dalam kondisi kritis.

Ditemukan cairan pada organ paru-paru dan juga di dalam otak, sehingga harus dirawat di ruang inkubator.

Lantaran pembiayaan di RS terlalu mahal, akhirnya bayi ini dirujuk ke RSUP Sanglah untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.

"Biaya perawatan selama lima hari di sana mencapai Rp 26 juta. Keluarga saya tidak mampu, akhirnya dirujuk ke RSUP Sanglah," cerita Lenny.

Selama lima bulan terakhir mendapatkan perawatan intensif, namun hingga kemarin kondisi bayi belum menunjukkan perkembangan signifikan.

Baca: Kecelakaan di Yamanashi Jepang, 7 WNI Terluka, Satu di Antaranya Dilarikan ke RS Pakai Helikopter

Dikatakan Lenny, anaknya hingga kini belum bisa menggerakkan syaraf motorik anggota tubuhnya secara normal.

"Untuk menangis, anak saya tidak bisa. Kalau menangis dia hanya kelihatan air matanya saja. Untuk membuka mata saja dia belum bisa," kata Lenny sembari menunjukkan foto kondisi mata anaknya yang membengkak.

Lenny tetap berusaha tegar dan berusaha melakukan upaya terbaik demi kesembuhan anak pertamanya tersebut.

Biaya perawatan selama lima bulan ini sudah membengkak hingga mencapai Rp 250 juta.

Jumlah angka tersebut jauh di luar kemampuan ekonominya.

Suami Lenny, Nurul Wahyudi hanya bekerja sebagai buruh di perusahaan konstruksi.

Sedangnya Lenny berhenti dari pekerjaannya sebagai karyawan toko untuk menjaga Arian.

Keluarga ini sempat mencari bantuan ke Dinas Sosial Kota Malang.

Namun, surat rekomendasi yang ditujukan kepada Dinas Sosial Provinsi Bali tidak menuai hasil.

Dinas, kata Lenny, hanya memiliki program bantuan untuk warga telantar.

Pihak RS Sanglah memberi keringanan penundaan pembayaran.

"Pihak rumah sakit membolehkan mencicil biaya Rp 2 Juta per bulan dengan jangka waktu selama 10 tahun," ujarnya.

Lenny berharap adanya uluran kepedulian bagi siapa saja yang ingin membantu.

Selama ini, Lenny berusaha mencari dukungan donasi di berbagai elemen masyarakat dan instansi.

"Saya mohon doanya, semoga segera disembuhkan anak saya," kata dia.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan