Sabtu, 23 Agustus 2025

Diduga karena Gagal Masuk SMA Impian, Remaja 16 Tahun Pilih Gantung Diri

Polisi langsung membawa jenazah korban ke RSUD Mardi Waluyo. Hasil visum luar tidak ditemukan tanda kekerasan dalam tubuh korban

Editor: Eko Sutriyanto
Kompas.com/Junaedi
Ilustrasi 

Lapporan Wartawan Surya Syamsul Hadi 

TRIBUNNEWS.COM,  BLITAR -  EP (16) ditemukan tewas tergantung di dalam kamar kosnya di Jl A Yani, Kelurahan Sananwetan, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Selasa (29/5/2018).

Jasad perempuan berinisial EPA itu tergantung di kusen pintu kamar.

Orang yang pertama kali mengetahuinya adalah Mariani, sang pengasuh.

Perempuan tersebut langsung lemas ketiga melihat anak asuhnya meninggal dengan cara tragis apalagi Mariani adalah pengasuh EPA sejak kecil. 

Sedangkan rumah orang tua EPA berada di Kelurahan/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Setelah lulus SD, EPA melanjutkan di salah satu SMP negeri di Kota Blitar.

Lalu EPA tinggal di tempat kos di Jl A Yani bersama pengasuhnya, Mariani.

Mariani mengatakan, sebelum gantung diri, EPA sempat memintanya untuk membelikan nasi.

Baca: Sempat Transfer Rp 1 Juta, Kekasihnya via Facebook Malah Menghilang, Gadis Bali Nekat Gantung Diri

Mariani sempat bilang ke EPA kalau warung makan masih tutup.

Dia meminta EPA menunggu sebentar sampai warungnya buka tapi, EPA memaksa Mariani membelikan nasi di warung.

Mariani pun berangkat membelikan nasi di warung.

Mariani agak lama mencari nasi karena kebanyakan warung tutup pada siang hari saat Ramadan.

Setelah dapat nasi, Mariani kembali ke kamar kos.

Sesampai di kamar kos, Mariani terkejut melihat tubuh anak asuhnya menggantung di pintu kamar kos.

"Saya tidak melihat tanda-tanda aneh pada diri EPA saat berangkat membelikan nasi untuknya. Saya memang agak lama membeli nasi karena banyak warung yang tutup," kata Mariani.

Mariani tidak tahu persis apa motif yang membuat anak asuhnya nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.

Tetapi, belakangan, EPA memang agak kecewa karena khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA negeri favorit di Kota Blitar.

Sebab, sistem penerimaan siswa baru SMA di Kota Blitar menggunakan sistem zonasi.

Sistem zonasi ini memang memprioritaskan anak yang berdomisili di Kota Blitar.

Sedangkan domisili EPA masih ikut orang tuanya di Kelurahan/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

"Soal itu, orang tuanya sudah berusaha menenangkannya. Orang tuanya meminta EPA agar melanjutkan SMA di Srengat," ujar Mariani.

Kasubag Humas Polres Blitar Kota, Ipda Syamsul A mengatakan polisi sudah menerima laporan soal orang gantung diri.

Polisi sudah datang ke lokasi untuk olah tempat kejadian perkara (TKP).

Polisi langsung membawa jenazah korban ke RSUD Mardi Waluyo. Hasil visum luar tidak ditemukan tanda kekerasan dalam tubuh korban.

"Kalau untuk motif bunuh diri masih proses penyelidikan," katanya. (Sha)

Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan