Lagi, Anak Sapi Ditemukan Mati Tapi Organ Dalamnya Raib
Kematian anak sapi warga Desa Langgahan, Kintamani, Bangli ini, terjadi hanya berselang 5 hari, dari kejadian misterius sebelumnya.
Editor:
Dewi Agustina
AKP Sulhadi juga mengimbau agar masyarakat tidak resah, serta lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap ternaknya.
"Kami tidak ingin kejadian ini berkembang menjadi isu liar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Seperti kejadian berbau mistis," tegasnya.
Baca: Gunung Soputan Masih Keluarkan Asap Kawah, Debunya Mengarah ke Barat Daya
Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, Sri Rahayu mengatakan, pihaknya telah turun ke lokasi untuk kembali mengambil sampel dari ternak yang mati di antaranya otak, darah, dan beberapa bagian daging.
Sample tersebut selanjutnya akan dikirimkan ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar untuk dilakukan uji lab.
"Paling tidak pertengahan Oktober ini hasil uji lab sudah keluar. Dari hasil itu, selanjutnya akan kami bandingkan antara sampel yang diambil seminggu lalu, dengan sampel pada hari ini (Rabu, 3 Oktober 2018). Tujuannya untuk melihat apakah ada kesamaan, atau tidak," ucapnya.
Ia menegaskan, sasaran utama pihaknya di Dinas PKP adalah mengungkap kemungkinan penyakit, yang menjadi penyebab kematian ternak.
Ini karena kematian tidak terkategori klinis khas, melainkan cenderung misterius.
"Yang dimaksud klinis khas seperti penyakit rabies pada anjing, dengan salah satu ciri-cirinya takut sinar. Itu sudah jelas, bahkan sebelum kami ambil sample. Kalau yang ini kan tidak ada gejala," ujarnya.
Sri Rayahu juga mengimbau masyarakat di wilayah Desa Langgahan, untuk sementara menempatkan godelnya di dekat pemukiman warga, khususnya pada malam hari, mengingat waktu kejadian tidak bisa diprediksi.
"Ini lebih pada upaya antisipasi, karena kejadian cenderung pada malam hari. Jika dikandangkan dekat rumah, masyarakat bisa lebih intensif melihat ternaknya," ucap dokter hewan asal Desa Rendang, Karangasem ini.
Kejadian matinya godel milik masyarakat Desa Langgahan, Kintamani hingga kini tercatat sebanyak lima kali.
Empat godel di antaranya mati dengan kondisi tanpa isi jeroan, sedangkan satu godel mati dengan bekas luka di bagian leher, namun isi jeroannya utuh.
Diketahui pula, satu godel milik masyarakat setempat selamat, lantaran pemilik ternak mendengar indukan sapi terus menerus melenguh.
Namun demikian godel tersebut pincang karena terdapat luka di kaki belakang sebelah kiri.
Terhadap kejadian ini, pihak desa sejatinya telah menempuh jalur niskala, dengan menggelar upacara Ngayu Ayu Jagat pada Senin (24/9/2018) lalu, dengan tujuan untuk mengantisipasi kejadian serupa.