Setahun Serangan Bom di Surabaya: Briptu Muafan Kira Badannya yang Hancur, Ternyata Darah Tersangka
Briptu Ahmad Muaffan Alaufa, korban terluka akibat mengadang motor pelaku hingga terkena serpihan ledakan bom yang terjadi di Polrestabes Surabaya.
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur Ika Anisa
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Briptu Ahmad Muaffan Alaufa, korban terluka akibat mengadang motor pelaku hingga terkena serpihan ledakan bom yang terjadi di Polrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018) tepat setahun lalu.
Muaffan terluka di bagian kepala, gigi dan telinga akibat ledakan bom dari para pelaku berkendara motor yang akan masuk ke Polrestabes Surabaya.
Dalam hitungan detik, Muaffan yang berada di depan motor pelaku terpental.
"Teman-teman saya menganggap saya sudah tidak ada, tidak selamat saat itu (meninggal) soalnya saya sudah tidak ada gerakan saat itu," kata Muaffan.
Polisi asal Blitar itu sempat tak sadarkan diri setelah mengadang motor pelaku.
Tubuhnya jatuh di antara motor dan jenazah pelaku yang tewas saat ledakan.
"Saya bingung waktu saya sadar beberapa menit. Saya ingatnya berdiri tapi kok tergeletak dan banyak darah," kata Muaffan saat ditemui di Satuan Tahti Polrestabes Surabaya, Sabtu (11/5/2019).

Polisi yang berdinas selama tiga tahun di Polrestabes Surabaya ini mengaku, kembali tak sadar diri saat dibopong beberapa anggota polisi untuk dievakuasi ke ambulance.
"Saya sadar di ambulance. Saya sempat bingung lagi, kok badan saya penuh darah, penuh serpihan daging. Di depan saya ada AS, saat itu saya belum sadar kalau itu anak tersangka yang selamat. Dia merengek nangis di depan saya," kata Affan.
"Saya pikir badan saya yang hancur, penuh darah. Ternyata itu darah tersangka," kata Affan.
Muaffan mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
Dia mendapat pengobatan luka-luka dan pemulihan kondisi traumatik dari ledakan bom Surabaya.
"Gigi depan saya dua hancur, kepala bagian belakang dapat empat jahitan. Gendang telinga saya pecah dan telinga sebelah kiri bengkak" kata Affan.

Ledakan di Surabaya
Pada bulan Mei, tepatnya taggal 13-14 Mei 2018 terjadi pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur.
Tiga tempat di bom, di antaranya tempat ibadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan.
Selain itu, di hari yang sama, Kompleks Rumah Susun Wonocolo di Taman, Sidoarjo juga terjadi pengeboman.
Baca: Pelaku Pembunuhan Diduga Oknum Anggota TNI, Vera Pernah Diancam akan Dibunuh Jika Bersama Cowok Lain
Peristiwa itu terjadi pada malam pukul 20.00 WIB.
Terjadi ledakan di sebuah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, kawasan Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur.
Ledakan tersebut terjadi pada Blok B di lantai 5 dan terdengar hingga lima kali dan dikonfirmasi merupakan sebuah ledakan bom rakitan yang dibuat oleh penghuni rusunawa.

Di hari berikutnya Polrestabes Surabaya menjadi sasaran pengeboman berikutnya.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung, menyatakan bahwa pada Senin, 14 Mei 2018 pukul 08.50 WIB, sebuah ledakan terdengar di depan Polrestabes Surabaya.
Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi di pintu gerbang Polrestabes Surabaya ketika sebuah mobil minibus dan dua buah sepeda motor akan diperiksa petugas.
Ledakan berasal dari sebuah sepeda motor yang berada di belakang minibus tersebut.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Briptu Muaffan Korban Bom Surabaya : Teman-tean Menganggap Saya Sudah Meninggal