Minggu, 7 September 2025

Setahun Tragedi Bom Bunuh Diri Surabaya Berlalu, Begini Nasib Anak-anak Pelaku

Dalam peristiwa pengeboman di Mapolrestabes Surabaya pada 13 Mei 2018 itu, Tri Murtiono-Tri Ernawati beserta dua anak laki-lakinya tewas di lokasi

Editor: Eko Sutriyanto
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Pelayat memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang Evan dan Nathan korban ledakan bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Surabaya di rumah duka Adi Jasa, Jl Demak, Rabu (16/5). Pemakaman Evan dan Nathan akan dilaksanakan pada Minggu (20/5), di Sukorejo, Jawa Timur. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Dia juga mengatakan, tak tahu-menahu soal kabar kembalinya anak Tri Ernawati.

Tetapi, bila anak tersebut benar dikembalikan ke keluarga, dirinya akan menerimanya.

"Saya tidak tahu kabar itu. Bila dikembalikan kami akan menerima dan merawatnya," pungkasnya.

Sementara itu, anak-anak pasangan Anton Febrianto (47)- Puspitasari (47), juga termasuk yang dirawat kemensos.

Saat itu, tepatnya pada 13 Mei 2018, bom yang disiapkan untuk bunuh diri itu tiba-tiba  meledak kamar nomor 2 Blok B lantai 5 Rusunawa Wonocolo, Taman, Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo.

Dalam peristiwa itu pasangan Anton Febrianto-Puspitasari dan seorang anaknya tewas terkena ledakan bom ransel. Sedangkan tiga anak Anton berhasil diselamatkan.

Butuh keluarga

Direktur Rehabilitasi Anak Kementerian Sosial (Kemensos) Kanya Eka Santi mengatakan,  tujuh anak pelaku bom Surabaya terdiri dari empat anak perempuan dan tiga anak laki-laki yang usianya bervariatif mulai dari 7 tahun, 8 tahun, 10 tahun, 13 tahun dan 14  tahun.

Mereka telah diasuh Kemensos selama 12 bulan.

Mereka selalu didampingi petugas bersama neneknya lantaran anak-anak membutuhkan sosok kehadiran keluarga.

"Karena orangtuanya sudah meninggal maka dari itu kami menghadirkan neneknya dari awal pengasuhan di Kemensos," ujar Kanya Eka Santi.

Kanya menjelaskan, sebetulnya upaya Kemensos melalui rehabilitasi sosial adalah usaha yang dilakukannya  secepat mungkin untuk mengembalikan anak pada keluarga dan komunitas lingkungannya.

Baca: Taksi Online Dihajar KRL Commuter Line di Pagedangan Tangsel, 4 Tewas dan 4 Lainnya Luka

Meski demikian, masalahnya komunitas di mana anak-anak ini tinggal itu juga belum sepenuhnya menerima. 

Sehingga pihaknya khawatir potensi akan ada masalah baru.

Sejauh ini, pihaknya sudah melakukan pendekatan, apalagi melihat Pemprov Jatim juga mampu untuk bekerja sama dengan sangat baik untuk bisa memastikan ini.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan