Selasa, 26 Agustus 2025

Mudik Lebaran 2019

Tamin Mudik dengan Sepeda Kayuh dari Bandung ke Gunungkidul, 4 Hari di Jalan Tetap Puasa

Tamin (48), warga Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini memilih mengayuh sepeda untuk mudik ke kampung halamannya di Dusun Ndawe Gunungkidul

Editor: Sugiyarto
KOMPAS.com/MARKUS YUWONO
Tamin (48) warga Permata Biru, Cileunyi, Bandung, Jawa Barat, memilih menggunakan sepeda. Saat ditemui di Masjid Al Huda, Patuk, Kabupaten Gunungkidul Senin (3/6/2019) 

TRIBUNNEWS.COM - Tamin (48), warga Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini memilih mengayuh sepeda untuk mudik ke kampung halamannya di Dusun Ndawe, Desa Bendung, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Saat ditemui Kompas.com di Masjid Al Huda, Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Tamin baru saja selesai mandi.

Jaga Keamanan Saat Lebaran, Polres Kulon Progo Terjunkan Tim Patroli

Setelah berganti baju dan merapikan diri, dia mulai bercerita jika berangkat dari Bandung dengan mengayuh sepeda sejak Jumat (31/5/2019) lalu.

Menggunakan sepeda merk Federal yang catnya sudah kusam dan mengelupas di beberapa bagian, dirinya ingin kembali ke kampung halamannya yang sudah ditinggalkan sejak tahun 1991 silan.

Barang bawaan Tamim seperti baju, peralatan pribadi hingga air minum diletakkan di bagian depan dan belakang sepeda kayuh warna biru miliknya.

Untuk keamanan, sepeda tersebut juga dilengkapi dengan lampu penerang sehingga saat bersepeda malam hari terlihat oleh pengguna kendaraan lainnya.

Di bagian depan ada kertas yang bertuliskan "Gowes Mudik ke-11 Bandung - Bendung (Semin Gunungkidul 31-03 Juni 2019."

"Saya banyak berjalan malam untuk menghindari panas," ujarnya Senin (3/6/2019).

H-2 Lebaran, Volume Kendaraan Pemudik Melintas di Kulon Progo Masih Tinggi

Selama perjalanan mudik dengan mengayuh sepeda, Tamim mengaku tidak sekali pun ia meninggalkan puasa.

Ada trik khusus selama mengayuh ratusan kilometer agar tidak membatalkan puasa, salah satunya jika sudah lelah dirinya akan beristirahat di posko mudik terdekat atau masjid sambil menjalankan ibadah.

Dia menargetkan hari ini tiba di kampung halamannya.

Pedagang makanan di wilayah Jawa Barat ini mengaku memiliki hobi bersepeda sejak lama.

Bahkan ia sudah 11 kali pulang ke kampung halamannya dengan mengayuh sepeda, yakni lima kali saat mudik lebaran dan enam kali saat pulang liburan.

"Selama mengayuh sepeda intinya jangan sampai membatalkan puasa. Tantangannya hanya satu, jangan keluar keringat banyak," katanya.

"Awalnya dulu sebelum mudik, latihan menanjak selama tiga bulan. Tadi nanjak kelihatan agak lambat karena lemes saja," ucapnya.

Tips Memilih Makanan Agar Tetap Langsing Saat Lebaran

Tamin mengaku ada kesenangan tersendiri yang didapat selama mudik dengan mengayuh sepeda.

Seperti saat berbuka, dia merasakan kenikmatan luar biasa. Tamin mudik dengan mengayuh sepeda seorang diri, sementara isri dan dua orang anaknya sudah terlebih dahulu pulang menggunakan kereta api.

Saat akan melanjutkan perjalanan, Tamin menyempatkan diri menyapa beberapa orang warga yang mengenalnya.

Beberapa orang tampak menyalami pria ramah ini. "Di sini (Masjid Al Huda) sudah biasa mampir jadi kenal baik," katanya.

Menggunakan penutup muka berwana hitam dan topi, Tamin kembali mengayuh sepedanya untuk mudik menemui orang-orang tercintanya di kampung halaman.

Polres Gunungkidul Larang Masyarakat Nyalakan Mercon saat Malam Takbir

Kompas.com sempat mengikuti perjalanan Tamim di Jalan Yogyakarta-Wonosari. Di beberapa tanjakan tampak dia mengoper ke pedal yang rendah sehingga kayuhan sedikit pelan.

Namun ritme mengayuh tergolong konstan. Beberapa kendaraan bermotor yang menyalip pun tampak memberikan semangat pada Tamim.

Hobi Naik Sepeda
Mudik naik sepeda tak hanya dipilih Tamin dari Gunungkidul. Dua pria ini juga bersemangat mengayuh sepeda saat melintas di Jalan Raya Cinunuk Nomor 231, Cileunyi, Kabupaten Bandung untuk mudik ke kampungnya.

Dengan santai mereka terus mengayuh pedal sepeda, meski jalanan cukup ramai dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat yang melintas.
ery chandra/tribun jabar
Suasana pemudik sepeda saat dijepret oleh Tribun Jabar, di Jalan Raya Cinunuk Nomor 231, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin (3/6/2019), malam.

ery chandra/tribun jabar

Suasana pemudik sepeda saat dijepret oleh Tribun Jabar, di Jalan Raya Cinunuk Nomor 231, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin (3/6/2019), malam. ()


Mereka secara perlahan-lahan melewati jalan paling kiri jalan.

Tribun Jabar sempat membuntuti mereka dari belakang di antara kerumunan kendaraan lainnya yang tengah melintas.

Saat disapa, mereka langsung melempar senyum ramah.

Dari pengamatan Tribun Jabar, Burhanendi Lesmana (30) di sebelah kanan dan Agus Aryadi (32) sebelah kiri mengenakan rompi berwarna hijau, sarung tangan, dan helm khusus menghentikan sepeda mereka dengan kompak.

Mereka juga turut membawa perlengkapan tas berwarna hitam didepan dan belakangnya.

Burhanendi mengatakan memulai perjalanan dari wilayah Kiaracondong, Kota Bandung menuju Tasikmalaya.

Dia mengaku mudik ke kampung halaman menggunakan sepeda karena sudah terbiasa seperti halnya tahun-tahun sebelumnya.
"Setiap hari kerja saya pakai sepeda, bahkan mau belanja pakai sepeda," ujar Burhanendi, di Jalan Raya Cinunuk Nomor 231, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin (3/6/2019), malam.

Burhanendi menuturkan sengaja memilih mudik pada malam hari agar bisa menikmati udara yang segar. Hingga bebas beristirahat kapan saja.

"Kalau malam bisa minum dan istirahat enak. Kalau siang terasa karena puasa," katanya seraya menyampaikan membawa bungkusan helm, perlengkapan mekanik, oleh-oleh, dan perabotan pribadi dengan bobot beban 50 kilogram.

Hal serupa disampaikan oleh Agus, yang memulai perjalanan dari Jalan Bengawan menuju Kota Banjar.

Menurutnya, mereka sebelumnya yang tergabung di Komunitas Goes Baraya Bandung (GBB) merencanakan akan mudik bersama dengan anggota lainnya.

Tetapi batal dilaksanakan karena mayoritas anggota lainnya telah mudik terlebih dahulu.

"Daripada batal lebih baik kami berdua lakukan. Hitung-hitung sekalian pemanasan kesehatan ke kampung halaman," katanya.

Agus menuturkan meski pilihan mudik beragam, semisal mudik gratis hingga menggunakan kendaraan sepeda motor atau mobil. Tetapi alasannya menikmati mudik sepeda ini sebagai tantangan menemukan rute baru dan menyalurkan hobi bersepedanya.

"Kalau sudah di jalan, enak. Bisa istirahat kapan pun," ujarnya seraya menyampaikan membawa muatan oleh-oleh dibagian depan dan kanan sepeda, hingga sedikit baju dan cemilan makanan ringan buat di jalan.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Tamin, Kayuh Sepeda Ratusan Kilometer untuk Mudik dari Bandung ke Gunungkidul",https://regional.kompas.com/read/2019/06/03/19563031/kisah-tamin-kayuh-sepeda-ratusan-kilometer-untuk-mudik-dari-bandung-ke?page=all.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan