Brankas Warisan Sang Kakek Dibuka, Ternyata Isinya Satu Tas Uang Zaman Belanda dan Jepang
Brankas sudah lama tersimpan tapi tak pernah diutak-atik meski pemiliknya sudah lama meninggal dunia. Ternyata isinya adalah gepokan uang zaman dulu.
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Di Desa Meranjat Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan, sebuah keluarga memutuskan membuka brankas lama harta warisan sang kakek.
Brankas itu sudah lama tersimpan tapi tak pernah diutak-atik meski pemiliknya sudah lama meninggal dunia.
Bukan main terkejutnya mereka saat brankas dibuka ternyata isinya adalah "harta karun" gepokan uang.
Muliadi (43) menceritakan kejadian itu kepada Tribunsumsel.com.
Baca: Kabar Syahrini Hamil Menguat, Ada Susu Ibu Hamil Tersorot Lewat Instagram Stories Aisyahrani
Jumat (19/7/2019) lalu ia datang ke kantor Tribunsumsel.com dengan membawa sebagian dari uang yang ditemukan itu.

"Uangnya sekitar satu tas selempang. Kira-kira ribuan lembar. Ini brankas dari pihak keluarga istri saya. Saya ditugasin membawa ke Palembang untuk diperiksa," kata Muliadi.
Sebelum ke kantor Tribunsumsel.com, Muliadi sempat mendatangi gerai Money Changer di Palembang.
Mereka sempat mengira uang yang berwarna hijau adalah dolar.
Baca: Demi Kaesang Pangarep, Gibran Rakabuming Lagi-lagi Meminta Maaf Gara-gara Sang Adik Dikritik
"Ternyata bukan dolar, tapi uang zaman Belanda dan Jepang," kata Muliadi.
Ya, uang yang ditemukan dalam brankas itu adalah uang lama. Saat ini uang tersebut tak dipakai lagi.
Uang-uang itu terdiri dari pecahan 10 gulden, 5 rupiah dan lainnya.

Diduga uang tersebut adalah uang yang digunakan pada zaman kolonial, pendudukan Jepang atau awal-awal kemerdekaan.
Mulyadi mengaku tak tahu pasti apa profesi dari kakek istrinya itu.
Baca: Polemik Kepulangan Habib Rizieq Shihab, Wiranto : Beliau Langgar Aturan di Arab Saudi
"Bisa jadi demang zaman belanda atau pedagang. Tapi kalau sebenarnya lebih cepat ditemukan mungkin nilainya sudah bisa beli tanah," kata Muliadi sambil tertawa.
Rencananya Muliadi akan menjual uang-uang itu pada para kolektor uang lama.
