Curhat Sukiyat, Inisiator Mobil Esemka: Tidak Usah Negative Thinking
Bermula dari Sukiyat, nama mobil Esemka melambung, mengerek Joko Widodo yang waktu itu Wali Kota Solo ke panggung politik nasional.
Editor:
Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Beberapa jam setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik mobil Esemka, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) di Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Tribun menemui Haji Sukiyat di Klaten. Sosok ini sulit, dan hampir mustahil dilepaskan dari kisah mobil Esemka.
Bermula dari Sukiyat, nama mobil Esemka melambung, mengerek Joko Widodo yang waktu itu Wali Kota Solo ke panggung politik nasional.
Baca: Langkah Esemka Masuk Pasar Otomotif Nasional Dengan Mobil Pickup Dinilai Tepat
Sembari mengudap kacang tanah yang terserak di meja kerjanya di bengkel Kiat Motor Klaten, Jumat (6/9) malam, Sukiyat buka-bukaan tentang Esemka dengan Setya Krisna Sumargo, Ryantono Puji Santoso, dan Gulang Candra dari Tribun.
Baca: Sukiyat, Sosok di Balik Mobil Esemka: Tak Diundang Resmi saat Peresmian, Ditelepon oleh Jokowi
TRIBUN (T): Bapak hadir di acara peresmian pabrik Esemka di Boyolali, dan pertama yang mendapat jabat tangan Presiden Joko Widodo. Apa tanggapan Bapak terkait perkembangan terbaru Esemka ini?
SUKIYAT (S): Selamat atas diresmikannya kendaraan Esemka. Toh, saya inisiator. Nah, usaha itu kan ada tiga proses tho. Inisiator atau penemu, ada yang beli, lalu ada yang produksi. Tiga ini harus link dan match. Inisiator itu hanya menemukan. Setelah jadi barang, ada yang seneng, ada membeli.
Setelah ada yang beli ada industri. Pada perjalanan itulah harus ada aturan pemerintah, uji emisi, uji kelayakan, sertiikasi dan sebagainya. Proses itu sudah dilalui. Perjalanannya tentu lama karena membuat mobil itu tidak gampang. Kebanyakan di Indonesia, apa-apa harus “udur”. “Udur” itu debat.
Baca: Ingat Esemka, Ingat Sukiyat? Profil Pemilik Bengkel di Klaten, Inisiator Esemka, Bikin Jokowi Beken
Itu sebenarnya bagus, tapi karena berkepanjangan, industri harus laba, harus itung-itung. Membikin kendaraan itu memang ribuan komponen supaya vendor itu jalan. Itu yang mesti dilalui. Nah, mengisi kekosongan itu Sukiat bikin Amdes, Mahesa, untuk membuktikan Sukiat itu tidak main-main. Ini lho, cah ndeso, difabel, bisa lho!
TRIBUN (T): Gagasan awal hingga munculnya Esemka itu sendiri bagaimana ceritanya?
SUKIYAT (S): Esemka itu dulunya kan usaha saya mentransfer ilmu ke anak-anak sekolah. SMK Trucuk itu kan sekolah pertanian. Nyari murid susah. Lalu saya diminta masuk, saya tawarkan tambah jurusan otomotif. Waktu itu juga tidak ada niat membikin mobil.
Paling kita bikin miniatur, mobil-mobilan. Lama-lama miniatur dibuang, bikin mobil betul. Dari Crowne (Toyota), ganti bodi dibangun jadi Land Cruiser. Lalu lama-lama bikin SUV, yang dulu pernah dipakai Pak Jokowi.
TRIBUN (T): Dari SMK Trucuk terus ke Pak Jokowi juga sejarahnya bagaimana?
Baca: Politisi Hanura: Perjalanan Esemka Tidak Mudah, Harusnya Didukung
SUKIYAT (S): Waktu itu saya matur ke Pak Jokowi. Pak Jokowi, nanti saya buatkan mobil? Pak Jokowi tanya, buat apa? Saya bilang, nanti mobil itu bapak kendarai, bapak akan menggantikan Pak SBY. Pak Jokowi menyahut kaget, bilang, tenane?? Itu 2006 lho saya matur Pak Jokowi (Sukiyat menyodorkan majalah Saudagar, terbitan Solo tahun 2006.
Di suatu halaman ada artikel khusus mengutip wawancara Sukiyat yang menuliskan bacaannya, Presiden RI yang menggantikan SBY pada 2014 nantinya orang Solo. Tribun memeriksa majalah tersebut dan isinya, dan secara fisik terlihat otentik. Saat Tribun menanyakan apakah orang Solo yang dia maksud itu Joko Widodo, Sukiyat mengiyakannya).
TRIBUN (T): Akhirnya mobil itu terwujud?
SUKIYAT (S): Saya bilang dalam wawancara majalah tersebut, “Tidak melihat Kucing Putih atau Hitam, yang Penting Bisa Menangkap Tikus”. Judulnya kan itu. Artinya, Presiden itu tidak melihat dari golongan apa, yang penting bisa memimpin, masyarakatnya senang, bisa bekerja, tidak kekurangan, kerja ikhlas, kerja cerdas.
Akhirnya mobil itu terwujud. Saya tidak niat apa-apa. Prinsip saya, bukan apa yang ku dapatkan, tapi apa yang bisa ku persembahkan pada bangsa dan negara……naaah…gitu lhooo! Prinsip saya juga, jika tidak bisa membuat jalan raya, bikinlah jalan setapak.
Namun, jalan setapak yang menuju mata air. Dua prinsip itu saya ingat-ingat betul. Karena waktu itu saya masuk SMK enggak boleh karena saya cacat. Lulus SMP mau masuk SMK 1 nggak boleh, sakit lho rasanya nggak dibolehin.
Baca: Pabrikan Klaim Esemka sudah Diminati Myanmar, Malaysia, dan Timor Leste
(Pada Senin, 2 Januari 2012, Sukiyat menyerahkan dua unit mobil SUV Esemka ke Wali Kota Solo Joko Widodo. Foto-foto penyerahan mobil rancang bangun anak-anak SMK dan Sukiyat itu tersebar meluas. Momen itu jadi awal meroketnya nama Esemka dan Jokowi)