Kisah Pilu di Balik Watu Temanten di Semugih Gunungkidul yang Tak Bisa Dihancurkan Alat Berat
Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJlS) di wilayah Desa Semugih Rongkop terkendala sebuah batu besar yang tidak bisa dipindahkan.
Editor:
Sugiyarto
Kedua pakaian pengantin tersebut dipisahkan tempatnya dengan menggunakan kotak yang dibuat dari kayu.
Setelah mempersiapkan sesajen, prosesi selanjutnya adalah berdoa bersama yang dipimpin oleh perwakilan dari Keraton Yogyakarta dan warga sekitar mengikuti doa yang dilantunkan dari perwakilan Keraton.
Mereka melantunkan ayat-ayat suci Alquran bersama-sama.
Setelah doa bersama prosesi selanjutnya adalah penyerahan pakaian pengantin kepada pihak Desa Semugih.
Nantinya pakaian tersebut akan disimpan di Balai Desa Semugih.
Setelah itu barulah prosesi pemecahan batu dengan menggunakan alat berat berjenis tracker.
Di sekitar batu sudah disiapkan berbagai jenis alat berat yaitu backhoe empat buah, tracker satu buah.
Di setiap alat berat tersebut diikatkan sebuah janur kuning di satu diantara sisi masing-masing alat berat.
Perwakilan dari Keraton dan merupakan pemimpin rombongan, GRM Hertriasning menjelaskan prosesi adat bertujuan untuk meminta berkah kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Menurutnya, berkah yang dimaksud tidak hanya untuk Desa Semugih Kecamatan Rongkop, tetapi juga untuk seluruh Gunungkidul, dan DIY seluruhnya.
"Upacara adat ini adalah tradisi untuk memohon kepada Tuhan yang maha Kuasa supaya diberikan berkah kepada seluruh warga Rongkop dan Gunungkidul. Semoga dengan dilakukan kegiatan ini dapat menambah barokah kepada masyarakat," katanya.
Ia menjelaskan berbagai sesajen yang disiapkan adalah wujud dari permohonan berkah.
"Persiapannya cukup singkat hanya satu minggu karena sudah terbiasa dengan adat dan tradisi sehingga hanya membutuhkan tambahan-tambahan," katanya.
Hertriasning memaparkan, bahwa di setiap lokasi sesajen akan berbeda-beda sesuai dengan adat tradisi yang dipercaya untuk menggeser situs.
Pihaknya juga berpedoman dengan buku-buku yang berisi persyaratan apa saja yang disediakan.
"Semua tempat memiliki ciri khas masing masing sesuai dengan kearifan lokal masing-masing," pungkasnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kisah Watu Temanten di Semugih, Tak Bisa Dihancurkan Alat Berat Hingga Datangkan Abdi Dalem Keraton, https://jogja.tribunnews.com/2019/09/12/kisah-watu-temanten-di-semugih-tak-bisa-dihancurkan-alat-berat-hingga-datangkan-abdi-dalem-keraton?page=all.