Terlibat Cinta Segitiga dan Terjadi Kecemburuan, Seorang Mahasswi Bikin Laporan Palsu Diperkosa
Seorang mahasiswi Universitas Brawijaya (UB) berinisial RN (19) membuat laporan palsu kepada Polres Malang Kota.
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Seorang mahasiswi Universitas Brawijaya (UB) berinisial RN (19) membuat laporan palsu kepada Polres Malang Kota.
Dalam laporan tertanggal 29 Agustus 2019 itu RN mengaku diperkosa oleh rekan kampusnya, MBE di dalam sebuah mobil di parkiran UB.
“Si pelapor berinisial RN ini mengaku diperkosa oleh MBE di parkiran kampus pada siang hari,” kata Kasat Reskrim Polres Malang Kota AKP Komang Yogi, Rabu (25/9/2019).
Setelah menerima laporan, polisi mendalami kasus itu dengan memeriksa beberapa orang saksi termasuk MBE dan teman kampusnya. Dari sanalah laporan palsu RN terbongkar.
“Dari keterangan MBE, dia bilang sedang mengikuti kuliah pada saat itu. Keterangan MBE dikuatkan oleh temannya dan catatan absensi,” jelas Komang.
Baca: Hasil Liga Italia Pekan ke-5: Inter Milan Gusur Juventus di Puncak Klasemen
Baca: Real Madrid Menuju Puncak Klasemen Sementara Usai Menang 2-0 atas Osasuna
Baca: Hasil Real Madrid vs Osasuna, Los Galacticos Raih Tiga Poin di Kandang
Komang mengatakan RN pun akhirnya mengakui bahwa laporan yang ia buat palsu.
Katanya, laporan itu dilayangkan atas instruksi pacarnya AL yang merasa sakit hati kepada MBE.
“Si AL ini menduga bahwa RN dan MBE terlibat pecintaan. Si MBE ini juga teman si AL. Semacam cinta segitiga begitu,” ucapnya.
Komang menambahkan, polisi sedang melengkapi perkara itu dan telah mengirimkan surat permintaan keterangan kepada AL.
Meskipun belum ada penetapan tersangka, pembuat laporan palsu bisa dijerat pasal 242 KUHP ayat 1 juncto 220 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara.
“Kami masih lengkapi perkara ini. Jika nanti ada yang tidak puas, bisa melaporkan kepada kami,” tutupnya.
Cinta Segitiga Kakek Berakhir Tragis
Kasus lainnya, dua kakek tertetangga terlibat cinta segitiga mengakibatkan keduanya tewas mengenaskan Rabu (24/7/2019)
Ketegangan terjadi di Kampung Batu Le’leng Barat, Desa Mallasoro, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Rabu (24/7/2019).
Puncak ketegangan terjadi sekitar pukul 06.30 wita hingga pukul 07.30 wita.
Ketika itu, ratusan warga mengepung rumah Bisa Dg Kulle (68) yang baru saja membunuh Mappa Dg Ngence (65).
Rumah Daeng Kulle dan Daeng Ngence berhadapan. Kediaman Daeng Kulle berupa rumah panggung, Daeng Ngence tinggal di rumah batu.
Daeng Kulle hanya hidup 2,5 jam setelah membunuh tetangganya.
Dia tewas diamuk keluarga dan tetangga Daeng Ngence.
Baca: Semua Masyarakat di Semua Lapisan Harus Menghayati dan Mengamalkan Pancasila kata Siti Zuhro
Baca: Semua Masyarakat di Semua Lapisan Harus Menghayati dan Mengamalkan Pancasila kata Siti Zuhro
Kasubag Humas Polres Jeneponto AKP Syahrul mengatakan, motif pembunuhan dua kakek itu berlatar belakang asmara.
“Pelaku diduga membunuh tetangga korban dengan cara diparangi sampai mati di tempat.
Motifnya cemburu, diduga Mappa Daeng Ngence ada hubungan dengan istri pelaku,” kata AKP Syahrul.
Daeng Kulle tinggal serumah dengan istrinya, Bunga Daeng Bau (60).
Daeng Ngence juga tinggal seatap dengan istri, anak, dan cucunya.
Menurut AKP Syahrul, Daeng Kulle dilanda cemburu buta ketika mendengar cerita adanya hubungan spesial Daeng Ngence dengan Bunga, istrinya yang sudah jompo.
Menjelang waktu Salat Subuh, Daeng Kulle melihat Daeng Ngence lagi memperbaiki jaring rumput laut di teras rumahnya.
Dari teras lantai dua rumahnya, Daeng Kulle memperhatikan seksama Daeng Ngence.
Dia lalu meraih parang panjang lalu menyeberang.
Daeng Kulle mempertanyakan hubungan spesial Daeng Ngence dengan Bunga.
Namun, Daeng Ngence belum sempat memberi klarifikasi, parang di tangan Daeng Kulle sudah menerjangnya.
Jari tangan kiri Daeng Ngence putus seketika.
Sabetan parang kemudian menderu ke arah wajahnya. Daeng Ngence terlentang.
Daeng Kulle semakin kesetanan, dia ayunkan parang ke dada Daeng Ngence.
Serangan ke dada ini menyebabkan nyawa Daeng Ngence melayang.
“Pelaku usai membunuh korban langsung pulang ke rumahnya dan mengunci pintu rumahya."
"Namun keluarga korban tidak menerima dan mendatangi rumah pelaku untuk membalas,” kata AKP Syahrul.
Anak dan cucu Daeng Ngence histeris.
Mereka berteriak sekencang-kencangnya melihat Daeng Ngence bersimba darah di atas pukat rumput laut.
Sementara istri Daeng Ngence tak kuasa lagi berdiri.
Nenek berambut panjang dan memutih ini hanya duduk menangisi suaminya.
Teriakan dari rumah Daeng Ngence membangunkan warga lainnya.
Beberapa warga yang keluar dari masjid usai Salat Subuh juga berlarian ke sumber teriakan.
“Daeng Kulle... Daeng Kulle.....” teriak cucu Daeng Ngence sambil menunjuk ke depan rumah.
Dikepung Ratusan Orang
Daeng Kulle mengunci diri dalam kamar bersama Bunga.
Beberapa saat kemudian, ratusan orang sudah mengepung rumahnya.
Kejadian selanjutnya diabadikan dalam tiga versi video.
Ada yang merekam dari arah rumah Daeng Ngence, ada yang mengabadikan kejadian dari teras rumah Daeng Kulle.
Video dari teras rumah Daeng Kulle memperlihatkan puluhan orang di jalan raya, kebanyakan memegang batu, balok-balok, parang, bahkan batangan bambu serta kayu panjang.
Sebagian warga yang berkumpul itu masih mengenakan sarung dan kopiah, laiknya orang yang baru keluar dari masjid.
Dua pria bersepatu laras juga terlihat di teras lantai dua rumah Daeng Kulle.
Tangan pria itu memegang pistol.
Beberapa polisi di tengah warga juga terlihat jelas dalam rekaman video.
Setelah beberapa kali dinding rumah di tusuk pakai kayu panjang dan bambu, Daeng Kulle yang mengenakan kaos kuning dan celana pendek warna merah keluar dari dalam rumah.
Parang panjang terlihat mengilap ketika Daeng Kulle melewati tiga pria yang memegang senjata api di teras rumahnya ke tangga kayu.
Kronologis NYAWA DIBALAS NYAWA
Pukul 04.30-05.00 wita
* Mappa Dg Ngence (65) memperbaiki jaring rumput laut di teras rumahnya, Dusun Batu Le'leng Barat Desa Mallasoro Kecamatan Bangkala, Jeneponto.
* Tiba-tiba Daeng Kulle (68) datang dengan parang terhunus lalu menyerang Daeng Ngence.
- Jarak rumah Daeng Kulle dengan rumah Daeng Ngence hanya sekitar 20 meter
* Daeng Ngence berusaha menangkis serangan parang, jari tangan kirinya terputus.
- Parang menderu ke wajahnya
- Lalu Daeng Kulle menyerang lagi, parang menerabas leher
- Daeng Ngence rebah, Daeng Kulle terus menyabetkan pedang ke dada
- Daeng Ngence tewas
* Cucu Daeng Ngence berteriak histeris
Pukul 05.00 wita
* Daeng Kulle kembali ke rumahnya. Dia mengunci rapat pintu rumahnya
* Anak dan cucu Daeng Ngence terus berteriak minta tolong
* Istri Daeng Ngence terduduk di ruang tengah
* Warga heboh, tetangga dan kerabat berdatangan ke rumah Daeng Ngence
* Warga kemudian mendatangi rumah Daeng Kulle
Pukul 05.15 wita
* Kapolsek Bangkala Iptu Bahtiar bersama beberapa personel polisi tiba di depan rumah Daeng Ngence
Pukul 06.00 wita
* 40-an personel polisi dipimpin Kabag Ops Kompol Mahmud dan Kasat Reskrim AKP Boby Rachman dan Kasat Binmas AKP Syahrul tiba di lokasi kejadian
Pukul 06.30-07.00 wita
* Rumah Daeng Kulle dikepung, laki-laki dan wanita berteriak-teriak minta Daeng Kulle turun
* Sebagian warga naik ke teras rumah, ada yang menusuk masuk rumah pakai kayu panjang
* Dinding rumah Daeng Kulle dirobohkan
* Daeng Kulle turun dari rumah melalu pintu depan lewat tangga sambil menggenggam parang panjang
* Warga mengepung Daeng Kulle
* Daeng Kulle mengibaskan parang berusaha menjauhkan para pengepung
* Daeng Kulle berlari ke arah laut
* Ratusan warga mengejar
* Terdengar suara tembakan dua kali
* Daeng Kulle dihantam balok-balik dari belakang, lalu disabet parang. Lehernya hampir putus
* Daeng Kulle terlentang di atas rumput laut
* Beberapa warga masih terus menyerang tubuh Daeng Kulle pakai parang dan kayu
* Terdengar suara wanita,
“Papuliangngi..papulianggi... bunuh tongngi.....”
“Bunuhmi naung, nyawa dibalas nyawa.....”
Pukul 07.30 wita
* Puluhan personel polisi dari Polres Jeneponto tiba di lokasi kejadian
* Polisi mengevakuasi Daeng Kulle ke rumah sakit dan meninggal dunia dalam perjalanan
LOKASI KEJADIAN
* 27 km dari markas Kodim 1425 Jeneponto
* 28 km dari Kantor Bupati Jeneponto
* 28 km dari Markas Polres Jeneponto
* 72 km dari Kota Makassar
Tiba di tanah, Daeng Kulle berjalan cepat sambil mengayunkan parang di tengah kerumunan massa.
Langkah semakin cepat hingga terlihat berlari ke arah laut.
Teriakan “Nyawa balas nyawa...”, “Bunuh...bunuh....” terdengar jelas.
Bahkan teriakan seperti itu juga dilontarkan ibu-ibu yang mengabdikan kejadian berdarah itu.
"Pelaku pembunuhan dilempari batu dan potongan kayu oleh keluarga korban yang emosi," jelas Syahrul.
Seorang perempuan mengabadikan detik-detik Daeng Kulle dihantam balok-balok dari belakang, kemudian diparangi lehernya, hingga tersungkur di atas hamparan rumput laut.
Wanita itu terus mengabadikan kejadian itu sambil berteriak dalam Bahasa Makassar campur Bahasa Indonesia.
“Oh Tuhan akhirnya saya melihat langsung pembunuhan seperti ini... Ya Allah, semoga ini yang terakhir kalinya saya melihat kejadian seperti ini.....” ujarnya.
Puluhan personel Polres Jeneponto berusaha mengamankan situasi dan meyakinkan masyarakat agar kejadian ini diambil alih Polisi.
Hingga akhirnya Polisi berhasil meyakinkan keluarga korban dan mengevakusi Dg Kulle untuk di bawa ke rumah sakit.
Bahkan warga sempat menghalangi polisi membawa Daeng Kulle ke rumah sakit. Mereka ingin memastikan Daeng Kulle sudah meninggal agar “nyawa dibalas nyawa” tunai.
(Surya/TribunJeneponto.com Ikbal Nurkarim)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Terjebak Cinta Segitiga, Mahasiswi UB Buat Laporan Pemerkosaan Palsu ke Polisi,