Ular Kobra 4 Meter Ditemukan di Gowa, Sudah Dua Warga yang Tewas Dipatuk
Sementara itu, fenomena kemunculan ular pertama kali ditemukan Asis, seorang petani saat sedang berkebun.
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, GOWA - Warga Desa Mamampang, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, digegerkan dengan fenomena ular kobra sepanjang empat meter masuk ke pekarangan rumah.
"Sudah ada empat korban digigit ular kobra dan dua di antaranya meninggal di tempat yang lainnya meninggal saat dievakuasi ke rumah sakit," ujar Kanit Binmas Polsek Tombolopao, Aipda Musruri kepada Kompas.com di lokasi penemuan, Rabu (18/12/2019).
Sementara itu, fenomena kemunculan ular pertama kali ditemukan Asis, seorang petani saat sedang berkebun.
"Pertama kali ditemukan agak kecil dan panjangnya cuma dua meter, dan berikutnya saya temukan lagi panjangnya empat meter yang saat itu sedang memangsa ular lain (ular daun)" kata Asis.
Kepala Desa Mamampang, Abdul Azis Daus mengaku kemunculan ular kobra merupakan hal yang baru pertama kali terjadi.
Baca: Kisah Ratu Ular Asal Banyumas, Wanita Ini 30 Tahun Hidup dengan Ular Puluhan Ekor Ular
Baca: Aji Kaget Lihat Ular Kobra Hitam Legam di Hadapannya saat Bangun dari Tidur
Baca: Ular Sanca Muncul di Ruang TU Sekolah di Pasar Minggu
Menurut dia, menanggap kemunculan ular ini dianggap tidak lazim, sebab Sulawesi Selatan bukanlah wilayah endemik ular kobra.
"Kalau ular semacam piton sejak dulu banyak, tetapi penemuan ular kobra sampai ada warga yang tewas baru kali ini terjadi," ujarnya.
Dia menambahkan, warga yang terkena gigitan ular kobra ini seketika mengalami panas tinggi dan kesulitan bernapas.
"Luka bekas gigitan ular berwarna hitam, korban meninggal di tempat," katanya.
Cara Hindari Kobra
Panji Petualang beberkan penyebab fenomena banyaknya ular kobra yang berkeliaran di pemukiman warga.
Hal itu disampaikan Panji Petualang, saat menjadi bintang tamu di program acara Call Me Mel (16/122019), yang dipandu oleh Melaney Ricardo dan Ichsan Akbar.
Dilansir tayangan YouTube Official iNews, Melaney Ricardo tampak keheranan dengan fenomena teror ular kobra yang kini tengah marak di masyarakat.
Melaney tampak tak habis pikir, bagaimana bisa ular kobra secara serentak berkeliaran di sejumlah pemukiman.
Kabarnya, sejumlah pihak mengatakan bahwa saat ini tengah menjadi musim bertelur bagi para ular tersebut.
Penasaran, Melaney Ricardo pun menanyakan hal tersebut kepada Panji Petualang.
"Lagi heboh sekarang, katanya sekarang banyak king kobra bertelur, itu bener enggak sih Ji?" tanya Melaney.
Ditanya begitu, Panji Petualang pun meluruskan, bahwa ular yang tengah heboh diperbincangkan bukanlah king kobra melainkan kobra biasa.
"Iya, sebetulnya bukan king kobra, tapi kobra biasa," ujar Panji.
Masih penasaran, Melaney kembali bertanya soal kebenaran ular-ular tersebut menyerang pemukiman.
"Betul lagi bertelur banyak sampai ke pemukiman?" tanya Melaney.
Panji petualang pun membenarkan soal adanya ular-ular yang menyerang pemukiman warga.
"Iya betul," jawab Panji.
Ichsan Akbar co host Melaney rupanya ikut penasaran, bagaimana bisa fenomena tersebut terjadi bahkan hingga menyerang pemukiman.
"Kenapa bisa begitu fenomenanya?" tanya Ichsan Akbar.
Ditanya begitu, Panji kemudian mengungkapkan penyebab ular kobra itu bisa berkeliaran hingga ke pemukiman.
Panji menyebutkan, faktor utamanya yakni akibat kerusakan habitat ular itu sendiri.
"Faktornya adalah kerusakan habitat," ujar Panji.
Pria yang kerap disebut pawang ular itu menjelaskan, kerusakan habitat membuat ular kehilangan tempat tinggalnya.
"Kerusakan habitat membuat mereka tidak bisa lagi menemukan habitat aslinya," terang Panji.
Ia juga menjelaskan, ular kobra sesungguhnya habitat ular kobra memang berdekata denga manusia.
"Sebetulnya kobra itu habitatnya memang berdekatan dengan manusia," kata Panji.
"Sedari dulu memang sering ditemukan di persawahan," lanjutnya.
Panji mengungkapkan, pembangunan bisa menjadi satu di antara penyebab rusaknya habitat ular kobra tersebut.
"Tapi kan seriring berjalannya waktu, sawah itu dijadikan rumah, tempat industri, jalanan, dan hal itu membuat mereka (ular) tersingkir," terang Panji.
Hal tersebut kemudian menjadikan ular kehilangan tempat tinggalnya yang pada akhirnya terjadilah fenomena seperti sekarang.
"Akhirnya mereka tidak punya habitat, dan konfliklah terjadi di situ," ujar Panji.
Usai mendapat pejelasan dari Panji, Melaney Ricardo kembali bertanya terkait ular-ular yang kabarnya tengah bertelur di bulan ini.
"Dan bener bulan Desember ini bulan bertelurnya si ular-ular itu?" tanya Melaney.
Panji Petualang kemudian menjelaskan, sebetulnya bulan Desember ini adalah bulan untuk telur-telur ular menetas.
Sementara, kata Panji, ular-ular itu bertelur pada bulan Juli lalu.
Maka dari itu sekarang kebanyakan ular yang menyerang pemukiman warga masih berukuran kecil.
Diduga ular-ular tersebut adalah ular yang baru saja menetar dari telurnya.
"Bulan menetas, kalau bertelurnya ular itu di bulan Juli," kata Panji. (Abdul Haq/Kompas.com/Tribun Jakarta)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Digigit Ular Kobra Saat Berkebun, 2 Warga Gowa Tewas di Tempat",