Heboh Yel-yel Tepuk Pramuka Berbau SARA di Yogyakarta, Mahfud MD Angkat Bicara
Heboh yel-yel tepuk pramuka berbau SARA yakni di SD Timuran Kota Yogyakarta, Menko Polhukam Mahfud MD ikut berkomentar.
Penulis:
Inza Maliana
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - SD Negeri Timuran, Kota Yogyakarta menjadi sorotan belakangan ini.
Hal itu terkait yel-yel yang dinilai berbau SARA diajarkan kepada siswa-siswinya.
Saat mendengar yel-yel tersebut, satu di antara orang tua murid yang mendengar protes.

Kronologinya, orang tua murid berinisial K itu sedang menunggu anaknya pulang sekolah.
Semuanya berjalan normal, sebelum pulang, semua anak ikut bernyanyi-nyanyi.
Setelahnya, ada seorang pembina Pramuka yang masuk.
Lantas ia mengajak anak-anak bertepuk tangan dan diakhiri bernyanyi yel-yel.
Orang tua K pun merasa kaget karena dalam nyanyian yel-yel itu ada hal berbau SARA.
"Saya kaget karena di akhir tepuk kok ada yel-yel Islam Islam yes, kafir-kafir no. Spontan saya protes dengan salah satu pembina senior."
"Saya menyampaikan keberatan dengan adanya tepuk itu, karena menurut saya itu mencemari kebinekaan Pramuka," ujar seorang wali murid berinisial K, Senin (13/1/2020), sebagaimana diberitakan Kompas.com.
Atas kejadian itu, heboh yel-yel berbau SARA pun menggegerkan publik.
Insiden itu sampai membuat Menko Polhukam Mahfud MD ikut menanggapinya.
Begini Tribunnews.com rangkum tanggapan dari Sekolah, Kwarcab, hingga Mahfud MD:
Tanggapan Kepala Sekolah
Setelah insiden tersebut, seorang Pembina Pramuka senior langsung menyampaikan permintaan maaf.
Ia juga berjanji menyelesaikannya dengan pembina terkait.
Sementara itu Kepala Sekolah Dasar (SD) Negeri Timuran Kota Yogyakarta, Esti Kartini turut berkomentar.
Ia mengatakan baru mengetahui hal itu dari media.
Namun, Esti membenarkan bahwa sekolahnya menjadi tempat praktik Kursus Mahir Lanjutan (KML) Pembina Pramuka.
"SD Timuran hanya ketempatan untuk praktik KML dari Kwarcab," tegas Esti.
Tanggapan Ketua Kwarcab
Ketua Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menjelaskan insiden itu.
Ia membenarkan memang sedang mengadakan Kursus Mahir Lanjutan (KML) pembina Pramuka.
Peserta kursus itu berasal dari dalam dan luar Yogyakarta.
"Pada kasus yang terjadi di SD Timuran itu, pada saat itu praktik dari salah satu peserta dari Gunungkidul," sebut Heroe, yang masih dilansir Kompas.com.
Dalam KML Pembina Pramuka, Heroe mengatakan, tidak diajarkan tepuk ataupun yel tersebut.
Namun, peserta yang sedang praktik itu tiba-tiba menyampaikan tepuk yang diakhiri dengan yel itu.
"Ini sebenarnya spontanitas dari peserta," ucap Heroe.
Tanggapan Mahfud MD
Mahfud ikut memberi komentar terkait yel-yel yang diajarkan oleh peserta KML pembina Pramuka.

Menurut Mahfud, yel-yel tersebut merendahkan keberagaman.
"Merendahkan keberagaman dan keberagamaan."
"Ya itu tanggapan saya," ujar Mahfud usai menghadiri acara dialog kebangsaan di Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa (14/01/2020), yang masih dilansir Kompas.com.
Mahfud menambahkan, yel-yel tersebut tidak baik bagi keutuhan bangsa.
Untuk itu, ia menyarankan pemerintah daerah perlu memanggil oknum yang mengajarkan yel-yel tersebut.
Oknum tersebut juga perlu diberikan pembinaan.
"Pembinaan dulu aja deh, dipanggil. Itu jangan-jangan gurunya agak bego kali."
"Dipanggil aja dulu siapa, masak ada yel-yel begitu. Dilihat dulu, dipanggil pembina pramukanya siapa," ujar Mahfud.
(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Wijaya Kusuma)