Kamis, 4 September 2025

Kata Psikolog Soal Siswi SMK yang Diteriaki Lonte oleh Gurunya hingga Trauma: Dampaknya Jadi Down

Seorang siswi SMK di Kepulauan Riau memilih untuk berhenti sekolah lantaran malu telah diteriaki 'perempuan nakal' oleh gurunya dan diejek temannya.

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Pixabay
Ilustrasi korban pembullyan 

TRIBUNNEWS.COM - AR, seorang siswi SMK yang ada di Kabupaten Anambas, Kepulauan Riau (Kepri), mendapat perlakuan yang kurang baik dari gurunya.

Seorang guru diketahui meneriakinya 'perempuan nakal'.

Setelah itu, AR pun menjadi bahan ejekan teman-temannya sampai akhirnya ia memutuskan untuk berhenti sekolah lantaran malu.

Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri, Erry Syahrial membenarkan adanya kejadian tersebut.

Erry mengaku hal ini menjadi perhatian serius pihaknya.

“Tidak seharusnya seorang pengajar berlaku seperti itu, apalagi terhadap anak muridnya sendiri,” kata Erry, seperti yang diberitakan Kompas.com, Minggu (19/1/2020).

Ditanyai apa permasalahan sebenarnya hingga guru itu meneriaki muridnya perempuan nakal di lokasi umum, Erry megaku belum tahu pasti.

Namun, apapun kesalahan murid, tidak semestinya seorang guru mengeluarkan kata-kata tidak terpuji kepada siswanya, apalagi dengan meneriakinya di lokasi umum.

“Itu bukan cerminan seorang guru, seharusnya guru itu merupakan contoh, bukan malah berlaku kurang ajar kepada peserta didiknya. Guru kan tugasnya mendidik, kalau ada salah di muridnya, sudah seharusnya dididik,” terang Erry.

Tanggapan Psikolog

Sementara itu, seorang psikolog dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, M.Psi., menuturkan perlakuan guru tersebut memang berdampak menimbulkan trauma pada anak.

"Dampaknya anak menjadi down, jadi malu, itu menimbulkan trauma," kata Adib saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (21/1/2020).

Psikolog dari www.praktekpsikolog.com itu pun tidak membenarkan perlakuan guru tersebut.

Menurutnya, perkataan guru tersebut sama saja telah main hakim sendiri.

"Sebaiknya tetap menghargai siswa, tetap diajak bicara," terangnya.

Adib juga mengatakan, apabila siswi tersebut memang terbukti melakukan tindakan yang tak baik, semestinya guru memanggilnya untuk konseling.

"Kalau pun nakal beneran harusnya dikonseling secara pribadi, tidak di depan kelas," kata Adib.

"Artinya, guru tetap harus menghargai perempuan ini," lanjutnya.

Adib menuturkan kenakalan setiap siswa sebenarnya dapat dikurangi dengan cara mengajaknya berkomunikasi.

Guru dapat memulainya dengan memanggil siswa tersebut untuk mengajaknya berbicara.

"Siswa perlu didengarkan, supaya kenakalan itu bisa berkurang," tuturnya.

"Semuanya bisa dikomunikasikan," lanjut Adib.

Adib juga menyampaikan bahwa guru memang harus mampu bersabar.

Menurutnya, kesabaran dan ketulusan guru akan terekam oleh memori murid-muridnya.

"Kesabaran itu permata di kemudian hari, jika murid diajar dengan tulus, sepuluh tahun ke depan, dia akan merasa gurunya itu sangat berperan dalam hidupnya," terang Adib.

"Dimana dia jadi termotivasi dalam menjalani kehidupan, para siswa juga terkesan," sambungnya.

"Guru yang ikhlas sama nggak pasti siswa merasakan bedanya," imbuh Adib. 

Guru Dilaporkan

Diberitakan sebelumnya, Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri, Erry Syahri mengaku secepatnya akan berkoordinasi dan melaporkan hal ini ke Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri, Muhammad Dali.

”Saya belum sempat bertemu dengan kepala Dinas Pendidikan, Insya Allah Senin (20/1/2020) saya beserta komisioner lainnya akan menyurati Disdik untuk memperjuangkan hak anak tersebut,” ujar Erry.

Erry menyebut, AR sudah berada di Batam, yaitu di kediaman kakeknya.

AR di Batam untuk melanjutkan pendidikannya karena AR sudah terlanjur malu pasca-diteriakin perempuan nakal oleh guru tersebut.

“AR sangat trauma pasca-kejadian tersebut,” ungkap Erry.

Erry mengatakan, sebelum ke Batam, AR sempat ke Tanjungpinang untuk melanjutkan sekolahnya.

Namun, karena nilainya banyak yang tidak mencukupi, rencananya AR ingin mengambil Paket C di Batam.

“Tapi, paket C itu pilihan terakhir AR, menurut saya ini harus ada solusinya, saya sudah berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan, bahkan kepala sekolahnya juga saya tegur,” terang Erry.

Erry mengatakan, apa yang dialami AR sangat bertentangan dengan Perda Perlindungan Anak.

Erry berharap tidak ada anak yang putus sekolah, apalagi karena masalah yang dianggapnya bisa diselesaikan oleh pihak sekolah.

“Setidaknya kasus ini dapat menjadi contoh untuk guru-guru lainnya agar tidak memperlakukan anak-anak didiknya di depan umum,” pungkas Erry.

(Tribunnews.com/Widyadewi Metta) (Kompas.com/Kontributor Batam, Hadi Maulana)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diteriaki Lonte oleh Guru, Siswi SMK Ini Berhenti Sekolah"

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan