Redam Isu Virus ASF, Pemprov Bali Gelar Kampanye Makan Daging Babi Bersama
Pemprov Bali gelar kampanye makan daging babi bersama di kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jumat (7/2/2020).
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Pemprov Bali gelar kampanye makan daging babi bersama di kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Jumat (7/2/2020) pagi.
Kampanye makan daging babi bersama sengaja digelar karena adanya isu virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika yang diduga sebabkan kematian ratusan babi di Bali.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, kampanye makan daging babi bersama ini guna meyakinkan masyarakat bahwa mengonsumsi daging babi tetap aman di tengah isu ASF, asal dagingnya dimasak dengan benar.
“Karena virus ini dengan temperatur tertentu dia (akan) mati,” kata Sekda Dewa Indra didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana.l di lokasi acara.
Baca: Usaha Mereka Dilindungi Pemerintah Lewat Pergub, Petani Arak Bali Bakal Gelar Syukuran
Baca: Manfaat Arak Menurut Ketua PHDI Bali, dari Obat Tradisional Hingga Penangkal Gaib
Kegiatan makan daging babi bersama ini juga dihadiri oleh Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Kepala Balai Besar Veteriner Kelas I Denpasar I Wayan Mase Tenaya dan berbagai undangan lainnya.

Sementara itu, menjelang perayaan Hari Raya Galungan ini, Sekda Dewa Indra tidak merekomendasikan masyarakat untuk memakan lawar yang menggunakan darah mentah.
"Dalam situasi seperti ini jangan,” kata dia.
Di sisi lain, ia juga mengajak masyarakat untuk kembali mengangkat harga daging babi yang sudah telanjur turun.
“Sekarang mari kita sama-sama melakukan edukasi pada masyarakat bahwa mengonsumsi daging babi ini aman asal dimasak dengan baik,” ajaknya. Dengan adanya keyakinan itu, maka menurut Sekda Dewa Indra, harga daging babi akan naik.
Baca: Usaha Mereka Dilindungi Pemerintah Lewat Pergub, Petani Arak Bali Bakal Gelar Syukuran
Baca: Risma Beri Maaf, Ini Upaya Orang yang Menghinanya untuk Bebas Agar Bertemu Anaknya yang Masih Balita
Baca: Mayat Bocah Tertimbun di Kebun Ternyata Korban Pembunuhan, Terduga Pelaku Dikenal Penakut
Dirinya mengatakan, harga daging babi turun karena masyarakat takut untuk mengonsumsi karena adanya isu virus ASF ini.
“Kami berupaya memulihkan keyakinan masyarakat untuk mengonsumsi daging babi,” tuturnya.
Dirinya menjabarkan, kematian babi di Bali sampai saat ini masih berada di angka 888 ekor yang terjadi beberapa kabupaten dan kota di Bali.
Kematian ini sangat merugikan masyarakat secara ekonomi. Kerugian ini bisa dihitung dengan memperkirakan harga babi rata-rata di angka Rp 2 juta per ekor kemudian dikalikan dengan jumlah kematian.
Di sisi lain, ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuang babi yang mati ke sungai, meskipun dalam situasi tidak ada isu mengenai virus ASF.
“Jangan buang ke mana-mana, sebaiknya dikubur. Jangan dibuang ke sungai, membuang sampah pun ke sungai jangan,” kata dia eks Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali itu.
Babi mati mendadak
Sebelumnya dikabarkan ratusan babi mati di Bali. Penyebabnya ditengarai africa swine fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana.
Sebelumnya, sampel darah babi yang mati tersebut dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, sebelum diteruskan ke BBVet medan.

Dari hasil uji lab diketahui penyebab kematian ratusan babi ada virus afrika.
"Ya ya, ASF penyebabnya. Semua yang 800-an itu," kata Wisnuardhana, saat dihubungi, Rabu (5/2/2020).
Menurut data yang dihimpun tercatat 888 kematian babi milik warga selama kirin waktu akhir Desember 2019 sampai dengan akhir Januari 2020.
Baca: Geger Kemunculan Bangkai Babi di Penatih Denpasar
Dari 9 Kabupaten Kota, hanya 3 wilayah yang nihil kasus yaitu Kabupaten yaitu Buleleng, Jembrana dan Klungkung.
Sedangkan kabupaten lainnya mengalami kejadian babi mati sengan rincian Badung 598 ekor, Bangli 1 ekor, Denpasar 45 ekor, Gianyar 24 ekor, Karangasem 1 ekor dan Tabanan 219 ekor.
Namun, Wisnuardhana enggan menjelaskan soal langkah penanganan selanjutnya. "Nanti dulu ya, masih mau rapat dulu ini," ujar dia.
Sebelumnya Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veterine, Dinas Pertanian dan ketahanan pangan Provinsi Bali, I Ketut Gede Nata Kesuma mengatakan, babi yang mati di Bali menunjukan gejala klinis terserangan virus afrika.
Gejala dimaksud adalah demam tinggi hingga 40 derajat, kulit kemerahan terutama pada bagian daun telinga, kadang ada diare, dan kematian hampir 80-100 persen pada setiap kandang.
"Kalau dilihat dari ciri fisik di lapangan menyerupai virus afrika," kata Nata.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Di Tengah Isu ASF, Pemprov Bali Adakan Makan Daging Babi Bersama